Galih Priatmojo
Timnas Qatar juarai Piala Asia 2019. (Dok. AFC).

Bolatimes.com - Qatar membuat catatan sejarah usai keluar sebagai jawara Piala Asia untuk pertama kalinya. Tak hanya sukses menumbangkan dua raksasa Asia yakni Korea Selatan di semifinal dan Jepang di partai final, mereka juga berhasil lepas dari teror diskualifikasi yang sempat menyeruak selama perhelatan.

Tim berjuluk The Maroon tersebut muncul sebagai raksasa baru di belahan Asia usai menumbangkan Jepang di laga puncak Piala Asia 2019. Tak main-main, mereka menghajar tim langganan Piala Dunia itu dengan skor telak 3-1.

Disamping mengukir sejarah pertama kalinya jadi kampium Piala Asia, Qatar juga memborong top skor sekaligus pemain muda terbaik lewat pemain Almoez Ali yang mencetak sembilan gol. Seakan menunjukkan kebolehannya, pemain berusia 22 tahun itu membuat gol penutupnya lewat tendangan akrobatik untuk gol kedua Qatar.

Baca Juga:
Timnas Indonesia U-22 Tak Diperkuat Saddil Ramdani Ditinggal Osvaldo Haay

Penyerang Qatar, Almoez Ali menjebol gawang Jepang dengan tendangan akrobatik. Ia mencetak gol kedua untuk kemenangan 3-1 Qatar atas Jepang di final Piala Asia 2019. [Giuseppe CACACE / AFP]

Namun raihan sempurna yang dicapai Qatar itu bukan tanpa tekanan. Mereka harus bersusah payah menghadapi Korea Selatan di semifinal sebelum akhirnya bisa tembus ke partai final menghadapi Jepang.

Tak kalah mendebarkan dari partai final, Qatar nyaris terjungkal di tengah jalan lho lantaran isu naturalisasi pemainnya. Hal tersebut terlontar dari salah satu peserta Piala Asia yakni Uni Emirat Arab, Kamis kemarin.

Federasi sepakbola Uni Emirat Arab mengajukan protes resmi terkait status dua pemain Qatar yakni Almoez Ali dan Bassam Al Rawi yang diketahui jadi pemain kunci dalam kesuksesan skuat Qatar di Piala Asia.

Baca Juga:
Giliran Dapat Striker Mematikan Selevel Piatek, Gattuso Malah Pusing

Uni Emirat Arab mempersoalkan asal muasal Almoez Ali dan Bassam yang tak memenuhi syarat bermain untuk Qatar lantaran alasan tempat tinggal. Diketahui Almoez Ali lahir di Sudan sementara Bassam Al Rawi di Irak.

Seperti dilansir dari foxsportasia, protes Uni Emirat Arab itu merujuk pada statuta FIFA pasal 7 yang menyatakan bahwa seorang pemain memenuhi syarat bermain untuk tim perwakilan jika dia telah hidup terus-menerus selama setidaknya lima tahun setelah mencapai usia 18 tahun di wilayah asosiasi terkait.

Berdasar Kode Etik Disiplin AFC, jika terbukti menurunkan pemain yang tidak layak atau memenuhi syarat hukumannya adalah diskualifikasi atau denda.

Baca Juga:
Pep Guardiola Ungkap Tiga Pemain Arsenal yang Perlu Diwaspadai

Menghadapi tekanan tersebut, kedua pemain naturalisasi Qatar, Almoez Ali dan Bassam secara kompak berkilah bahwa orangtua mereka yakni ibunya lahir di Qatar. Meski begitu seperti dikutip dari The Nacional, Uni Emirat Arab juga mengklaim bahwa memiliki bukti dokumen bahwa apa yang disampaikan Almoez itu tidak tepat.

Menariknya sehari jelang partai final Piala Asia 2019, tekanan kencang yang menerpa para penggawa Timnas Qatar itu seketika lenyap setelah muncul pernyataan dari AFC yang menolak protes Uni Emirat Arab.

Jurnalis Football Asia, Scott Mclntyre sempat mengunggah kicauan tentang pernyataan AFC tersebut lewat akun Twitternya. Ia menulis bahwa keputusan itu diambil tanpa ada alasan mengapa protes Uni Emirat Arab ditolak dan bagaimana bisa keputusan itu diambil kurang dari 48 jam.

Baca Juga:
Luis Suarez Buka Suara soal Rumor Neymar ke Barcelona

Dan, seperti yang sudah disaksikan bersama, Qatar mampu melewati partai penuh tekanan nan mendebarkan di final dengan hasil sempurna.

Selamat! Qatar.

Load More