Galih Priatmojo
Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, usai menerima kekalahan dari Manchester City. (Oli Scarff/AFP).

Bolatimes.com - Pascaditinggal Sir Alex Ferguson 2013 silam, Manchester United seperti kapal besar yang terombang ambing ombak tanpa nahkoda. 

Diawali rezim David Moyes yang begitu carut-marut, dua manajer top sekelas Louis van Gaal dan Jose Mourinho pun gagal menunjukkan taji mereka sebagai juru taktik handal, serta akhirnya tak bisa menghindari jerat pemecatan.

Kini, The Red Devils –julukan Man United—ditangani Ole Gunnar Solskjaer, yang tak lain merupakan mantan penyerang haus gol dan juga legenda hidup klub yang bermarkas di Old Trafford itu.

Baca Juga:
Sebuah Kisah saat Messi dan Ronaldo Hampir Jadi Rekan Setim di Arsenal

Sayang seribu sayang, setelah sempat menjanjikan di awal-awal saat ia masih menjabat caretaker, rezim Solskjaer di Man United berubah bak bencana semenjak ia diangkat sebagai pelatih tetap alias manajer klub pada Maret 2019 lalu.

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. [Glyn KIRK / AFP]

Periode buruk Solskjaer di Man United ini kian diperparah dengan sederet statistik minor.

Dengan hanya satu kemenengan dari empat laga awal Liga Inggris musim ini, Man United praktis mencatatkan start terburuk mereka di top-flight dalam 27 tahun terakhir!

Baca Juga:
Ini yang Jadi Biang Griezmann Gagal Eksekusi Penalti ke Gawang Albania

Solskjaer sendiri telah meminta fans untuk bersabar pada visi jangka panjangnya, namun kini pelatih berpaspor Norwegia itu jelas patut was-was bakal dipecat seperti para pendahulunya.

Well, berikut ini lima alasan mengapa Manchester United salah besar memilih Solskjaer sebagai manajer tim.

Bahkan, lima fakta ini juga bisa jadi alasan mengapa rezim Solskjaer layak disebut lebih buruk dari periode 'mengerikan' David Moyes bersama Man United.

Baca Juga:
Ini Detik-detik Nemanja Matic dan Putranya Minta Foto Bareng Ronaldo

1. Start Buruk

Optimisme tinggi menghinggapi fans Man United usai kemenangan impresif 4-0 atas Chelsea di Old Trafford pada laga pembuka Liga Inggris 2019/2020.

Sayang, kebahagiaan tersebut bak langsung lenyap ditelan bumi pasca armada Solskjaer hanya bisa meraup dua poin dari tiga laga berikutnya, usai menorehkan dua hasil imbang dan sekali kalah.

Baca Juga:
Sergio Ramos Bersiap Lewati Rekor Iker Casillas Bersama Timnas Spanyol

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. [Glyn KIRK / AFP]

Dengan raihan lima poin dari empat laga awal, terakhir kali Man United meraih poin yang lebih sedikit di top-flight kompetisi Inggris adalah pada musim 1992/1993 silam.

Kala itu, Man United besutan Sir Alex Ferguson hanya bisa meraup empat poin dari empat laga awal.

2. Rekor Tandang Memalukan

Pada laga pamungkas mereka sebelum jeda internasional, yakni pada matchweek 4 Liga Inggris dua pekan lalu, Man United ditahan imbang tim gurem Southampton 1-1 di St Mary’s Stadium.

Fakta mencengangkan, Man United telah gagal me-register kemenangan tandang semenjak Solskjaer didaulat sebagai pelatih permanen klub.

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. [Paul ELLIS / AFP]

Kemenangan tandang terakhir yang dipetik Man United terjadi pada babak 16 besar Liga Champions musim lalu!

Anda tentu masih ingat kemenangan 'memorable' 3-1 Man United atas tuan rumah Paris Saint-Germain pada Maret lalu, yang membawa mereka menembus perempatfinal.

Tak pernah menang away lagi pasca momen itu, Man United juga selalu kebobolan dalam 10 partai terakhir mereka di luar Old Trafford, yang berlangsung pada akhir musim lalu dan berlanjut ke awal musim ini.

Artikel berlanjut ke halaman berikutnya

3. Pertahanan Keropos

Optimisme sempat membuncah setelah Man United menorehkan clean sheet pada laga pembuka Liga Inggris musim ini.

Namun pertahanan Man United kembali rapuh di tiga laga setelahnya, sebagaimana gawang David De Gea kebobolan empat gol!

Kedatangan centre-back Harry Maguire dari Leicester City yang memecahkan rekor transfer bek, serta fullback Aaron Wan-Bissaka dari Crystal Palace dengan harga yang juga wah, pun seperti menjadi sia-sia belaka.

Fakta buruk lainnya, Man United kini hanya menorehkan sebiji clean sheet dari 19 laga pamungkas mereka di semua ajang!

4. Tak Lagi Sering 'Menang Jelek'

Di rezim Sir Alex Ferguson, Man United dikenal sebagai tim yang kerap 'winning ugly' alias 'menang jelek’, di mana tim tetap konstan meraih kemenangan meski dengan skor tipis dan juga bermain buruk di sepanjang laga.

Predikat tim yang pantang menyerah pun melekat, sebagaimana The Red Devils kerap mendapatkan gol kemenangan di menit-menit akhir pertandingan yang kemudian melahirkan istilah 'Fergie Time'.

Namun post-Sir Alex, trademark tersebut seakan menghilang, terlebih di rezim Solskjaer ini.

Ekspresi kekecewaan manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer pada laga leg kedua perempatfinal Liga Champions 2018/2019 kontra Barcelona di Camp Nou, Rabu (17/4/2019) dini hari WIB. [LLUIS GENE / AFP]

Kerap menguasai pertandingan dan sejatinya memiliki banyak peluang bagus untuk bikin gol, faktanya Man United arahan Solskjaer kini hanya mencatatkan tiga kemenangan dari 16 pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi!

Statistik yang satu ini terbilang mengerikan. Jika ini terus berlanjut, bukan tak mungkin pelatih berusia 46 tahun itu kehilangan jabatannya sebagai gaffer Man United dalam waktu dekat.

5. Tumpulnya Lini Serang

Seakan belum cukup, statistik lainnya menujukkan bahwa Man United bisa mencetak lebih dari satu gol dalam suatu pertandingan, hanya di tiga kesempatan dalam 16 pertandingan terakhir mereka di semua ajang.

Seperti diklaim The Athletic, Solskjaer sendiri baru-baru ini merasa kecewa berat melihat performa dua penyerang mudanya, Marcus Rashford dan Anthony Martial.

Yang membuat kecewa Solskjaer adalah kurangnya kemampuan Rashford dan Martial dalam mencetak gol-gol 'poaching'. Ya, dalam hal ini, eks pelatih Molde dan Cardiff City itu disebut kecewa soal aspek pemanfaatan peluang.

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer (kiri). [Oli SCARFF / AFP]

Seperti diketahui, Solskjaer telah melepas Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez ke Inter Milan pada bursa transfer musim panas 2019 ini.

Tak mendatangkan pengganti, stok penyerang tengah Man United saat ini pun tinggal Rashford dan Martial.

Sementara penyerang jebolan akademi klub, yakni Mason Greenwood yang baru berusia 17 tahun, praktis masih belum bisa terlalu diandalkan.

Disebutkan The Athletic, Solskjaer kecewa lantaran melihat Rashford dan Martial kurang memiliki 'insting pembunuh' sebagai seorang striker alias kurang oportunis.

Seperti diketahui, Solskjaer sendiri merupakan mantan penyerang haus gol Man United, di mana ia sempat membela panji The Red Devils sebagai pemain pada periode yang cukup lama, yakni 1996-2007.

Load More