Galih Priatmojo
Timnas Indonesia vs Mauritius. (Dok. PSSI).

Bolatimes.com - Untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan Timnas Indonesia di ajang AFF, di edisi 2018 tak ada satupun pemain asal Papua di skuat timnas. Banyak pihak menyorot soal keputusan itu dengan menganggap skuat Garuda akan kehilangan harmoni tanpa peran pemain asal Papua.

Pelatih kepala anyar Timnas Indonesia, Bima Sakti pun memberikan tanggapan atas sorotan itu. Ia berkilah jika keputusan soal pemanggilan pemain murni demi kepentingan tim. Ia pun sempat meminta maaf kepada khalayak pecinta sepak bola tanah air perihal keputusannya tanpa menyertakan pemain asal Papua.

''Ya saya mohon maaf jika kali ini tidak ada pemain Papua. Tapi tak ada tujuan lain, tak ada maksud-maksud khusus semuanya demi tim,'' ungkapnya seperti yang sudah diberitakan bolatimes.com sebelumnya.

Baca Juga:
Jelang Lawan Indonesia, Singapura Minta Dukungan Penuh Suporter

Terlepas dari penting atau tidaknya kehadiran para pemain Papua di skuat Timnas, bolatimes.com mencatat sederet kisah apik yang ditorehkan para pemain asal Papua bersama Timnas Indonesia.

Merujuk dari sejarah, sejak mulai bergulirnya turnamen elite di kawasan Asia Tenggara pada 1996, para pemain asal tanah Papua nyaris tak pernah absen membela skuat merah putih.

Sejak masih bernama Piala Tiger ada nama Aples Tecuari yang menghiasi daftar pemain Timnas Indonesia saat itu.

Baca Juga:
Fokus AFF 2018: Menguji Sentuhan Fandi Ahmad Bersama Singapura

Aples dikenal sebagai salah satu bek tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Gaya permainannya yang taktis dan tak kenal kompromi membuatnya jadi pilar andalan di benteng pertahanan Indonesia.

Pemain Timnas Indonesia asal Papua Aples Tecuari. [Instagram]

Salah satu legenda Timnas Thailand, Kiatisuk Senamuang pernah merasakan bagaimana kokohnya pertahanan di bawah kawalan Aples saat bersua di partai final SEA Games 1997.

Bersama Timnas Indonesia, selain di Piala Tiger, Aples juga terlibat dalam sejumlah even besar internasional di antaranya Piala Asia 1996. Di bawah asuhan pelatih Danurwindo kala itu, pemain bernama lengkap Aples Gideon Tecuari selalu dipercaya menjaga pertahanan skuat Garuda.

Baca Juga:
Fokus AFF 2018: Nyalakan (Lagi) Mimpi Juara Piala AFF

Seusai Piala Asia 1996, Aples masih sering wara wiri di Timnas Indonesia hingga 2004. Terhitung ia sudah tampil bersama Timnas Indonesia sebanyak 36 kali. Prestasinya mempersembahkan medali perak SEA Games 1997 serta runner up Piala Tiger 2002.

Setelah Aples, ada juga nama Ronny Wabia. Pemain yang satu ini mungkin tak terlalu tenar seperti halnya Aples. Tapi pemain yang menghabiskan karier profesionalnya bersama Persipura Jayapura ini punya andil penting dengan memberikan assist kala Widodo Cahyono Putro mencetak gol spektakuler dengan salto saat menghadapi Kuwait di Piala Asia 1996.

Meski berada di bawah bayang-bayang rekannya sesama pemain Papua Eduardo Ivakdalam, Wabia tak bisa dianggap sepele. Pemain yang memperkuat Timnas periode 1996 hingga 1997 ini dikenal tajam saat di depan gawang dan mahir dalam menciptakan peluang.

Baca Juga:
Sukses Balaskan Dendam, Ini Rahasia Pelatih Kensuke Takahashi

Lalu ada nama Alexander Pulalo. Pemain Papua yang memiliki postur mungil ini adalah andalan di Timnas Indonesia sejak kelompok umur. Sejak menimba ilmu di Sekolah Sepak Bola PSSI di Ragunan 1993 silam, Pulalo jadi andalan di Timnas Indonesia mulai dari U-16 hingga ke level senior.

Sayang, bersama Timnas Indonesia, pemain yang mengidolakan Paolo Maldini ini urung sekalipun merengkuh juara.

Setelah itu ada nama Elie Aiboy. Salah satu legenda hidup Timnas Indonesia ini melejit namanya kala membela skuat Garuda di bawah asuhan Ivan Kolev. Di gelaran Piala Asia 2004, ia menjadi motor serangan sekaligus terciptanya gol pembuka bagi Timnas Indonesia kala menghadapi Qatar. Assistnya di paruh awal babak pertama mampu dimaksimalkan Budi Sudarsono menjadi gol.

Pemain Timnas Indonesia asal Papua Elie Aiboy. [@elie8aiboy/Instagram]

Gol itu kemudian melecut semangat para penggawa merah putih hingga mampu digandakan oleh Ponaryo Astaman di babak kedua. Qatar dalam laga itu mampu memperkecil kekalahan jelang laga bubaran. Akibat kekalahan itu, pelatih Qatar saat itu Troussier dipecat.

Di tahun 2012, Elie sempat kembali dipanggil Timnas Indonesia di bawah asuhan Nilmaizar. Sayang Timnas saat itu performanya tengah jeblok. Elie yang saat itu didaulat jadi kapten tim gagal membawa Timnas Indonesia berbicara banyak di gelaran AFF. Mereka tersingkir di fase grup setelah kalah dari Malaysia.

Selanjutnya ada Boaz Solossa. Pemain yang satu ini pertama kali mencicipi Timnas Indonesia senior saat dipimpin oleh Peter Withe di ajang Piala Tiger 2004 ketika itu usianya baru 19 tahun. Boaz kala itu jadi sosok pemain muda paling cemerlang.

Ia menjadi pencetak gol pertama Indonesia di AFF 2004. Tak hanya satu tapi dua gol dilesakkannya kala bersua Laos. Laga itu pun berkesudahan dengan skor 6-0.

Boaz juga menjadi salah satu kreator kemenangan Timnas Indonesia kala sukses revans atas Malaysia di babak semifinal Piala AFF 2004. Sebiji golnya sukses membawa skuat Garuda kala itu melaju ke final menantang Timnas Singapura. Laga kontra Malaysia di leg kedua itu berakhir dengan skor 4-1, Timnas Indonesia menang agregat 5-3.

Pemain Timnas Indonesia asal Papua, Boaz Solossa. [suara.com]

Boaz sempat mengalami situasi di titik terendah saat mengalami cedera parah jelang Piala Asia 2007 silam kala beruji coba kontra Hong Kong.

Sempat menepi setengah tahun nyatanya tak menghilangkan insting mencetak golnya. Terbukti di musim 2008-2009, lalu 2010-2011 dan 2013 ia mencatatkan diri sebagai top skor di kompetisi domestik. Ia bahkan mampu menembus persaingan pencetak gol terbanyak di kompetisi liga Indonesia yang selama ini didominasi pemain asing.

Sementara itu bersama Timnas Indonesia Boaz sudah mencetak 14 gol sepanjang kariernya. Meskipun masih kalah dari Bambang Pamungkas yang mengemas 36 gol dari 77 penampilan bersama Timnas Indonesia, Boaz seringkali jadi andalan Timnas Indonesia kala mengalami kebuntuan.

Load More