Bolatimes.com - Di dunia suporter sepak bola, lazim kita mendengar istilah Hooligan dan Ultras. Bagi sebagian pihak kerap menyamakan keduanya. Padahal jika ditilik lebih jauh, ada perbedaan mendasar dari ultras dengan holigan.
Mungkin ada satu persamaan mendasar dari utras dan hooligan yakni mereka sama-sama datang ke stadion sepak bola. Namun apakah kelompok yang disebut utras dan hooligan memiliki kecintaan pada klub atau negara yang mereka dukung, hal ini masih jadi perdebatan.
Kelompok suporter yang dicap hooligan dan ultras ternyata memiliki jurang perbedaan. Seperti dilansir dari Schulzeug.at, suporter yang dicap hooligan datang ke stadion bukan karena memiliki minat dan cinta pada sepak bola.
Baca Juga:
Padahal Tak Ikut Main, Kurzawa Ikut Diamuk Ultras PSG usai Tersingkir dari Liga Champions
Hooligan yang datang ke stadion hanya ingin mendapat kesempatan untuk bisa menggelar kericuhan. Ya singkatnya, hooligan di Eropa merupakan cap yang menempel pada kelompok suporter tukang rusuh.
"Sebagian besar suporter semacam ini memiliki latar belakang politik dan sering kali tak peduli harus bertarung dengan siapapun, selama ada pertengkaran, mereka akan selalu hadir,"
Sedangkan Ultras memiliki motivasi yang sama sekali berbeda. Tujuan utama para ultras yang ialah mendukung tim mereka. Ultras hidup untuk klub mereka, waktu dan tenaga bahkan uang dihabiskan untuk menunjukan rasa cinta besar untuk klub.
Baca Juga:
Begini Nasib Fans Celtic yang Ditusuk Ultras Lazio
Sejarah Hooligan
Etimologi hooligan di Eropa tidak jelas kapan mulai diperkenalkan. Banyak versi soal sejarah hooligan ini. Namun dari sejumlah literasi menyebutkan bahwa istilah hooligan berasal dari nama keluarga asal Irlandia yang tinggal di London Selatan pada abad ke-18 atau 19.
Nama keluarga itu O'Hoolihan dan citra keluaga ini dikenal sebagai tukang rusuh, pemabuk dan kerap melakukan keributan. Nama keluarga O'Hoolihan ini kemudian berubah menjadi 'Hoolihan' dan kemudian menjadi Hooligan.
Baca Juga:
Video: Nih Tradisi Bangunkan Sahur ala Hooligan, Ada Sayur Lodehnya Juga
Namun ada juga versi lain soal asal usul penamaan Hooligan. Versi kedua menyebutkan cap Hooligan yang identik dengan tukang rusuh diambil dari nama seorang Irlandia bernama Patrick Hooligan.
Patrick Hooligan tinggal di London pada akhir abad ke-18. Ia yang memprakarsai banyak perkelahian jalanan di kota London kala itu. Semenjak saat itu polisi Inggris menggunakan nama pria itu untuk menggambarkan aksi kekerasan jalanan.
Namun dua versi cerita itu pun masih menjadi perdebatan. Akan tetapi, faktanya, sebuah kata di Irlandia, "hooley" memiliki arti liar dan kata ini diidentikkan dengan Hooligan.
Baca Juga:
Ultras Tim Liga Kolombia Ini Bawa Jasad Suporter dalam Peti Mati ke Stadion
Lantas kapan hooligan diidentikkan dengan suporter tukang rusuh di sepak bola? Insiden pertama hooligan terjadi di penghujung abad ke-19. Saat itu terjadi penyerangan kepada pemain dan wasit di sebuah laga yang berlangsung di Inggris. Namun, aksi ricuh ini luput dari publikasi media.
Baru saat rusuh suporter Celtic dan Ranges yang terjadi pada 1909 di final Piala Skotlandia, istilah hooligan digunakan media dan publik Inggris.
Cap hooligan juga sebenarnya tak melulu kepada kelompok suporter asal Inggris. Di Kroasia, ada dua kelompok suporter yang dicap hooligan, mereka adalah The Bady Blue Boys yang mendukung Dinamo Zagreb dan Torcida, pendukung Hajduk Split.
Citra kelompok ini sangat liar. Pada 13 Mei 1990, usai laga yang mempertemukan Dinamo Zagreb vs Hajduk Split, dua kelompok suporter ini saling baku pukul. Tercatat ada 500 suporter yang alami luka-luka, sebagian besar karena aksi kekerasan polisi.
Peristiwa ini cukup dikenal publik sepak bola. Hal ini lantaran salah satu pemain Hajduk, Zvonimir Boban turun ke lapangan dan membela suporter Dinamo Zagreb saat dipukuli polisi.
Sementara di Jerman, kelompok suporter yang dicap hooligan kerap dikaitkan dengan gerakan neo-Nazi. Tentu saja gerakan hooligan di Jerman ini identik dengan perilaku rasisme.
Sejarah Ultras
Istilah Ultras sebenarnya lebih dikenal di Italia. Di Italia, kelompok Ultras dianggap gerakan nyata mendukung tim kesayangan.
Kelompok ultras yang pertama kali didirikan tercatat pada 1968 dengan nama Fossa dei Lioni atau dalam bahasa Indonesia, Sarang Singa. Kelompok ini ialah ultras AC Milan.
Setahun setelah Sarang Singa terbentuk, di Italia Utara bermunculan kelompok Ultras lainnya seperti Boys S.A.N. (Squadre d'Azione Nerazzurre) yang mendukung Inter, kekinian kelompok ini kemudian menjadi organisasi sayap kanan.
Pada 1972, gerakan ultras mulai bermunculan di Italia Selatan. Di Naples berdiri Komando Ultra yang menjadi basis pendukung Napoli. Lalu pada 1977 berdiri ultras AS Roma yang bernama Commando Ultra Curva Sud (CUCS).
Dikutip dari berbagai sumber, pada era 70-an, hampir seluruh tim di Italia, baik yang bermain di Serie A, Serie B atau Serie C memiliki kelompok ultras.
Fakta juga menunjukkan bahwa selain Boys S.A.N, kelompok ultras yang didirikan memiliki hubungan dengan gerakan kiri atau komunis di Italia.
Namun sama seperti hooligan, kelompok ultras yang menjamur di Italia di akhir 60-an dan awal 70-an juga kerap melakukan perkelahian jalanan.
Kondisi ini yang kemudian membuat kelompok ultras di-stereotype sebagai individu yang agresif dan non kooperatif.
Meski begitu, mentalitas ultras menjadi hal menonjol pada kelompok suporter ini. Di ultras ada poin-poin penting yang wajib mereka penuhi yakni, kesetiaan pada kelompok, menghormati anggota lebih tua dan konsep pertarungan yang terhormat.
Poin terakhir menjadi sangat penting bagi kelompok ultras. Mereka dilarang saat bertarung menggunakan senjata. Mereka juga dilarang menyerang orang yang tidak salah.
Aturan tidak tertulis ini yang kemudian membuat kelompok ultras di era 70-an saat melakukan perkelahian biasanya menyerang dengan kelompok yang berbeda secara garis politik.
Menariknya pada awal 80-an, gerakan ultras di Italia mulai menghilang dari stadion. Baru mendekati pertengahan era 80-an, ultras kembali tunjukkan eksistensi di sepak bola Italia.
Di Turin, muncul dua kelompok ultras yang memiliki garis pandang politk berbeda. Dua kelompok ultras ini sama-sama pendukug Torino. Ada Toro yang memiliki pandangan politik kiri. Lalu pada 1981, terbentuk Granata Korps yang memiliki pandangan politik kanan.
Meski sangat jauh berbeda dari latar belakang sejarah dengan hooligan, eksistensi ultras di Italia juga kerap jadi incaran aparat penegak hukum.
Pada 1987, 12 anggota Brigate Gialloblù, ultras Verona ditangkap polisi. Ke-12 orang itu dituduh mendirikan 'federasi kriminal'. Sebagai bentuk dukungan kepada 12 orang itu, suporter Verona lainnya menolak untuk datang ke stadion.
Mereka lalu membetangkan spanduk bertuliskan, 'Tidak hanya 12, tapi 5000 pelakunya', spanduk ini sebagai sindiran kepada pihak kepolisian yang menangkap rekan mereka. Sayangnya empat tahun kemudian setelah insiden penangkapan itu, kelompok ultras ini bubar.
Sepanjang periode 1987 hingga 2003, tidak ada kejadian menghebohkan soal sepak terjang ultras. Namun selama periode itu banyak ultras yang juga terbunuh.
Berita Terkait
-
5 Ribu Gol Pulisic di AC Milan Bikin Merinding, Legenda Brasil Bisa Geleng-Geleng
-
Harapan Shin Tae-yong Punggawa Timnas Bisa Lebih Banyak Main di Eropa, Pemain Keturunan Ini Jadi Sorotan STY
-
Inter Milan 'Kedinginan di Puncak' Serie A, Juventus Sanggup Kejar 12 Poin?
-
Kekuatan Napolis di Tangan Pelatih Francesco Calzona, Barcelona Jangan Lengah
-
5 Negara Calon Kuat Juara Euro 2024: Satu di Antaranya Tampil Sempurna di Babak Kualifikasi
-
5 Negara Kandidat Kuat Juara Euro 2024, No 4 Ingin Ukir Sejarah
-
Prediksi Euro 2024: 5 Pertandingan Babak Grup Patut Disaksikan, Satu di Antaranya Spanyol vs Italia
-
Timnas Italia Diperkuat Pemain Veteran, Begini Peluangnya di Euro 2024
-
Membedah Peta Kekuatan Timnas Inggris di Euro 2024, Potensi Lolos 16 Besar hingga Lawan yang Dihadapi
-
Jadwal Lengkap Pertandingan Euro 2024, Cek Tayangan Live Streaming Gratis, Gratis Nonton di RCTI
Terpopuler
-
Gagal Finis di Portugal, Bagnaia Langsung Alihkan Fokus ke MotoGP Amerika Serikat
-
Marco Bezzecchi Menumbuhkan Kepercayaan Diri Jelang Balapan MotoGP Portugal 2024
-
Shin Tae-yong Apresiasi Bantuan Erick Thohir, Timnas Indonesia U23 Bisa Berangkat Lebih Awal
-
Soal Kompetisi Liga 1 Ditunda, CEO Bali United dan Pelatih Berbeda Pandangan
-
Pelatih Tim Nasional Indonesia Shin Tae-yong Sampaikan Terimakasih Kepada Klub dan Pelatih Liga 1
Terkini
-
Pelatih Prawira Harum Bandung David Singleton Kemenangan Kebanggan Semua
-
Prawira Harum Bandung Ikuti Jejak Pelita Jaya di BCL Asia 2024
-
Prawira Harum Bandung Jalani Laga Hidup Mati di BCL Asia 2024
-
Duel Mike Tyson vs Jake Paul: Pertarungan Ekshibisi akan Tayang di Netflix
-
Unik! Kartu Merah Berbentuk Lingkaran Pada Laga FA Cup Brentford kontra Wolves
-
Kamu Bisa Seperti Shella Bernadetha, Perhatikan 4 Teknik Dasar Main Bola Voli untuk Pemula
-
Mengenal Sosok Pebasket Cantik Dewa Ayu Made Sriartha, Kamu Harus Tahu Ini Posisi dan Tinggi Badan Ideal Atlet Basket
-
Kamu Harus Tahu Ini 5 Model Bikini untuk Atlet Renang, Kenali juga Bahan yang Nyaman
-
Kamu Harus Tahu, Ini Luas Lapangan Sepakbola Standar Nasional
-
Ditinggal Nikah Pratama Arhan, Sang Mantan Marshella Aprilia Tegaskan Baru Sebulan Putus