Bolatimes.com - Sepak bola Indonesia pernah memiliki beragam kompetisi bergengsi. Salah satu yang paling dikenang adalah kehadiran kompetisi sepak bola Galatama.
Galatama menjadi salah satu liga atau kompetisi yang pernah mewarnai sepak bola Indonesia. Berikut fakta menarik Galatama.
Hadirnya kompetisi Galatama menjadi sejarah emas persepak bolaan Tanah Air mengingat banyaknya hal menarik yang terjadi di dalamnya.
Baca Juga:
Najwa Shihab Lari Pagi, Netizen Salfok ke Sepatu hingga Singgung Arsenal
Entah berapa kali saja Indonesia memiliki kompetisi dengan nama dan format berbeda. Dalam satu dekade terakhir saja, Tanah Air memiliki beragam kompetisi yang ada.
Pecinta sepak bola Indonesia tentu tak asing dengan nama-nama kompetisi seperti Indonesia Super League (ISL), Indonesia Premier League (IPS), Indonesia Soccer Championship (ISC), hingga akhirnya menjadi Liga 1 yang dikenal seperti saat ini.
Kompetisi-kompetisi yang disebutkan ini menjadi kompetisi yang mewarnai sepak bola Indonesia dalam satu dekade terakhir. Dengan kata lain, bisa dibayangkan berapa banyak kompetisi berskala nasional yang pernah ada sejak Tanah Air merdeka di tahun 1945.
Baca Juga:
3 Bintang Muda Persib yang Namanya Terinspirasi dari Pemain Dunia
Dari sekian banyak kompetisi yang ada, mungkin pecinta sepak bola Indonesia tak asing dengan kompetisi bernama Galatama.
Kompetisi yang pernah menghiasi sepak bola Indonesia di era 80-an hingga pertengahan 90-an ini menjadi salah satu kompetisi terbaik yang pernah ada di Tanah Air.
Sematan terbaik sendiri tak lepas dari perjalanan Galatama di sepak bola Indonesia yang banyak melahirkan fakta menarik dan pemain-pemain hebat di masanya.
Baca Juga:
Ghea Youbi Bongkar Kunci Sehat, Bikin Wika Salim Geregetan
Lantas, seperti apa kompetisi Galatama tersebut?
Galatama: Kompetisi Sepak Bola Indonesia yang Jadi Inspirasi J-League
Galatama merupakan singkatan dari Liga Sepak Bola Utama. Saat pertama kali lahir, kompetisi ini dijadikan sebagai liga semi profesional yang dibentuk pada tahun 1979.
Baca Juga:
Detik-detik Kerusuhan di Liga Prancis, Suporter Lens dan Lille Tawuran
Saat Galatama lahir, Indonesia saat itu memiliki kompetisi berskala nasional yang masih bersifat amatir, yakni Perserikatan.
PSSI yang kala itu diketuai Ali Sadikin, lantas menyelenggarakan kompetisi semi profesional sehingga lahirnya Galatama atau Liga Sepak Bola Utama.
Di awal kelahirannya, Galatama hanya diikuti 8 klub saja. Seiring berjalannya waktu, peserta Galatama bertambah dan membuat kompetisi ini terbagi dalam 2 divisi yang berlaku pada 1980, 1983 dan 1990.
Hal tersebut pun seakan menunjukkan adanya inkonsistensi pada penyelenggaraan turnamen kala itu. Meski demikian, Galatama tetap berjalan.
Berjalannya Galatama sendiri sama sekali tak mengganggu Perserikatan. Pasalnya, kedua kompetisi ini tak saling berikatan baik dalam pengelolaan klub dan pengelola liga.
Mudahnya, jika Perserikatan berisikan tim-tim dari daerah dan menggunakan APBD, Galatama diisi oleh klub-klub yang dananya didapat dari perusahaan swasta.
Karena model penyelenggaraan dan sistem yang dimiliki, Galatama pun sempat menjadi acuan liga profesional di sepak bola Asia.
Bahkan, ada pula rumor yang beredar bahwa Galatama menjadi bahan studi pembuatan J-League yang saat ini menjadi kompetisi terpopuler di Asia.
Dari Galatama pula, banyak pemain hebat lahir. Bahkan banyak yang menyebut bahwa kompetisi ini lebih baik dari Perserikatan secara permainan, mengingat Perserikatan memiliki semangat untuk pembinaan pemain.
Sederet pemain bintang pun banyak mengisi Galatama. Sebut saja Ricky Yakobi, Bambang Nurdiansyah, Zulkarnain Lubis, dan pemain lainnya.
Tak hanya pemain lokal, Galatama juga pernah dihuni oleh para pemain asing seperti Fandi Ahmad yang sempat membawa Niac Mitra Surabaya menjadi juara.
Sayangnya, aturan penggunaan pemain asing di Galatama ini dihapuskan oleh ketua PSSI kala itu, Sjarnoebi Said.
Nyatanya, pelarangan penggunaan pemain asing ini menjadi salah satu penyebab merosotnya pamor Galatama bersamaan dengan munculnya skandal dan pengelolaan yang tidak profesional.
Hingga akhirnya, pada tahun 1994 PSSI meleburkan Galatama dan Perserikatan menjadi satu kompetisi yang bernama Liga Indonesia.
Berita Terkait
-
Pemain LOSC Lille Mitchel Bakker Dilaporkan Keturunan Maluku, PSSI Bergerak
-
Erick Thohir: Lawan Filipina Harus Menang!
-
PSSI Kecam Pemain Myanmar: Bisa Mematahkan Karier Orang!
-
Ketum PSSI Puji Satoru Mochizuki yang Belajar Budaya Indonesia
-
PSSI Datang ke Kamboja, Beri Motivasi Jelang Semifinal Piala AFF Wanita 2024
-
Erick Thohir Senang Shin Tae-yong Resmi Perpanjang Kontrak hingga 2027
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
PSSI Bisa Kejar Maarten Paes Agar Tampil di Round 3 Kualifikasi Piala Dunia, Kasus Sama di CAS Selesai Cuma 2 Bulan
-
Erick Thohir Izinkan Shin Tae-yong Kembali Latih Korea Selatan
-
Erick Thohir Kagum dengan Kekuatan Fisik Pemain Timnas Indonesia U-16
Tag
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
PSS Sleman Fokus Tingkatkan Kebugaran dan Performa Penggawa
-
Imran Nahumarury Berharap Adaptasi Pemain Asing Baru Malut United Lancar
-
Shin Tae-yong Legowo Dipecat dari Timnas Indonesia
-
Debut Manis Pratama Arhan bersama Bangkok United, Kalahkan Buriram United 3-2
-
Ultras Garuda Ke Patrick Kluivert: Kami Butuh Pembuktian!
-
Shin Tae-yong ke Nova Arianto: Tolong Jaga Pemain Lokal Kita
-
8 Komentar Menarik Shin Tae-yong Selama Lima Tahun Melatih Timnas Indonesia
-
Pemain LOSC Lille Mitchel Bakker Dilaporkan Keturunan Maluku, PSSI Bergerak
-
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Konsisten Lolos ke Piala Dunia
-
Marselino Ferdinan Minta Maaf Gagal Lolos Fase Grup Piala AFF 2024