Rauhanda Riyantama
Pemain Eintracht Frankfurt, Filip Kostic yang jadi incaran Lazio. (LEON KUEGELER / POOL / AFP)

Bolatimes.com - Mengenal Eintracht Frankfurt, klub yang dibentuk oleh sekelompok Yahudi hingga mengalami diskriminasi antar ras di Jerman.

Nama Eintracht Frankfurt tengah menjadi perbincangan karena belum lama ini membuat kejutan dengan mengalahkan Real Betis di leg pertama babak 16 besar Liga Europa 2021/22, Kamis (10/3/22).

Eintracht Frankfurt yang ada di posisi ke-10 klasemen Bundesliga Jerman musim ini, mampu meraih kemenangan 2-1 di markas Real Betis yang ada di lima besar klasemen La Liga Spanyol.

Baca Juga:
Kontras, Proses Naturalisasi Emil Audero dan Filip Nguyen Dibahas Media Vietnam

Eintracht Frankfurt berhasil meraih kemenangan di markas Real Betis lewat gol Filip Kostic dan Daichi Kamada. Sedangkan tuan rumah hanya bisa membalasnya lewat gol Nabil Fekir.

Kemenangan ini membuat tim berjuluk Die Adler ini membuka asanya untuk lolos ke babak perempat final dan mengulangi kisah suksesnya di Liga Europa pada musim 2018/19 saat lolos ke semifinal.

Potret pertandingan Eintracht Frankfurt saat kalahkan Real Betis 2-1 di Liga Europa. (CRISTINA QUICLER / AFP)

Tak hanya mengulangi kisah lolos ke semifinal, Eintracht Frankfurt juga berambisi bisa mengulangi pencapaiannya menjuarai Piala UEFA (Liga Europa) di musim 1979/80.

Baca Juga:
Profil Karim Benzema, Biodata dan Agama Pemain yang Pecahkan Rekor di Liga Champions

Dalam perjalanannya sebagai tim, Eintracht Frankfurt tak punya rekam jejak mentereng. Bahkan, dalam perjalanannya, Die Adler lebih banyak merasakan kepedihan.

Kepedihan ini tak lepas dari latar belakang politik di Jerman, di mana Eintracht Frankfurt yang didirikan oleh kelompok Yahudi, mendapat diskriminasi ras dari para penduduk Jerman di masa pendudukan Adolf Hitler.

Bagaimana kisah perjalanan Eintracht Frankfurt, sebuah klub yang dibentuk Yahudi dan besar di tanah Jerman?

Baca Juga:
Eks Bayern Munchen Terancam Kena Pasal Usai Dianggap Masa Bodoh Soal Ukraina

Profil Eintracht Frankfurt

Eintracht Frankfurt berdiri pada 8 Maret 1899 oleh sekelompok Yahudi yang berasal dari dua klub Frankfurter Futball-Club Viktoria dan Frankfurter Futball-Club Kickers.

Dalam sejarahnya, Eintracht Frankfurt kerap mengalami diskriminasi rasial karena latar belakangnya yang dibentuk oleh sekelompok Yahudi.

Baca Juga:
Ingat Agama, Karim Benzema Tak Lupa Ucap Ini usai Hajar PSG

Diskriminasi itu didapat saat pendudukan Adolf Hitler sejak 1933. Sebagaimana diketahui, di bawah pimpinan Der Fuhrer, Jerman menggalakkan propaganda komunitas nasional.

Di bawah kekuasaan Adolf Hitler, sepak bola menjadi salah satu sarana propaganda yang tepat. Karenanya, tim-tim yang punya afiliasi dengan Yahudi, salah satunya Eintracht Frankfurt, mendapat julukan Judenklub.

Karena dilabeli sebagai Judenklub, Eintracht Frankfurt mendapat diskriminasi ras besar-besaran di Jerman, kendati para Yahudi telah bermigrasi ke Inggris.

Label Judenklub ini tetap melekat pada Eintracht Frankfurt. Alhasil Die Adler kerap mendapat cemoohan dari pendukung lawan saat menjalani laga tandang.

Karena tekanan ini pula, para pemilik Eintracht Frankfurt seperti David Rothschild harus mundur dan keluar dari Jerman.

Kapten Eintracht Frankfurt, David Abraham. [Tobias SCHWARZ / AFP]

Padahal, di bawah kepemilikan David Rothschild, Eintracht Frankfurt menjalani musim yang sukses dengan meraih enam gelar di kompetisi Jerman.

Hal serupa juga dirasakan oleh Alfred Myers, penerus David Rothschild. Ia juga harus mundur sebagai pemilik Eintracht Frankfurt dan keluar dari Jerman karena latar belakangnya sebagai seorang Yahudi.

Meski demikian, anti semitisme yang dirasakan oleh Eintracht Frankfurt ini perlahan memudar seiring jatuhnya kekuasaan Adolf Hitler pada 1945.

Sejak saat itu, Eintracht Frankfurt menstabilisasikan diri sebagai salah satu klub terbaik di Jerman yang berhasil meraih beragam gelar di kancah domestik dan Eropa, seperti satu gelar Bundesliga, lima gelar DFB Pokal, dan satu Piala UEFA (Liga Europa).

Meski begitu, chant anti semitisme terkadang masih digaungkan oleh para sebagian kecil para pendukung rival yang masih menganut paham Nazi hingga saat ini.

(Kontributor: Vikal Pamungkas)

Load More