Irwan Febri Rialdi
Atlet Indonesia Suparniyati mengambil ancang-ancang saat berlaga pada babak final para atletik nomor tolak peluru F20 putri Asian Para Games 2018 di Stadion Utama GBK, Jakarta, Senin (8/10). [Suara.com/Muhaimin A. Untung

Bolatimes.com - Berikut Bolatimes menyajikan berbagai informasi mengenai olahraga tolak peluru, mulai dari pengertian, sejarah, hingga peraturannya.

Tolak peluru adalah salah satu nomor perlombaan pada cabang olahraga atletik yang termasuk dalam kategori lempar.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian, sejarah, dan peraturan olahraga tolak peluru.

Baca Juga:
Profil Chico Wardoyo, Kapten Tim Putra Indonesia di BATC 2022 yang Kalahkan Unggulan Hong Kong

Pengertian Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor yang terdapat pada nomor lempar cabang atletik yang berbentuk gerakan menolak atau mendorong suatu peluru yang terbuat dari logam.

Tolak peluru dilakukan dengan melontarkan logam tersebut dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.

Baca Juga:
3 Pemain Timnas Indonesia yang Bisa Menyusul Pratama Arhan ke Jepang

Aspek terakhir ini menjadi penting. Sebab, tujuan dari tolak peluru adalah mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya.

Sesuai dengan namanya, tolak peluru bukanlah melempar, tetapi menolak atau mendorong dengan satu tangan yang diletakkan di pangkal bahu.

Sejarah Tolak Peluru

Baca Juga:
Bek Kiri Saingan Pratama Arhan di Tokyo Verdy, Ada Pemain Senior

Awalnya, tolak peluru sudah dilakukan lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ini adalah olahraga yang digemari oleh laki-laki Britania atau Inggris untuk menguji kekuatannya.

Pada mulanya, benda yang digunakan bukanlah logam seperti sekarang ini, melainkan batu. Pada zaman pertengahan, mulai ada perlombaan melempar peluru Meriam yang menjadi senjata mematikan di masa itu.

Kejuaraan tolak peluru pertama diselenggarakan pada tahun 1986. Memasuki tahun 1950, olahraga tolak peluru mengalami kemajuan pesat.

Baca Juga:
Thomas Mueller Diduga Paksa Kuda Lakukan Seks Tak Wajar, Buat Apa?

Saat itu, Parry O’Brien melakukan tolakan dengan membelakangi sektor lapangan. Selanjutnya, teknik ini dikenal sebagai metode O’Brien atau teknik membelakangi.

Peraturan Tolak Peluru

Peluru yang digunakan harus terbuat dari besi utuh keras alias solid iron, kuningan, atau logam lain yang tidak lebih lunak dari kuningan.

Peluru juga harus berbentuk bola bulat dengan permukaan yang halus licin. Rata-rata permukaan harus tidak kurang dari 1,6 um atau mikrometer.

Sementara itu, berat peluru yang digunakan untuk putri adalah 3 dan 4 kilogram, sementara berat peluru untuk putra adalah 5, 6, dan 7 kilogram.

Luas lingkaran tolak peluru adalah 2.135 meter dengan balok penahan 1,22 meter. Sektor lemparan membentuk sudut 45 derajat dari titik tengah lingkaran tolak pelempar.

Penolak peluru tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum peluru jatuh ke tanah dan keluar dalam posisi berdiri melalui lingkaran bagian belakang.

Kontributor: Muh Adif Setiawan

Load More