Rauhanda Riyantama
Penyintas Tragedi Kanjuruhan Malang, Doni (baju biru). [Suara.com/Aziz Ramadani]

Bolatimes.com - Doni (43) satu dari ratusan penyintas Tragedi Kanjuruhan menceritakan detik-detik mencekam pertandingan Liga 1 2022 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/20222).

Kronologisnya bermula dari sejumlah Aremania julukan suporter Arema FC turun dari tribun menuju lapangan usai pertandingan berakhir dengan skor 2-3, kemenangan untuk tim tamu Persebaya. Polisi berusaha mengendalikan situasi dengan menembak gas air mata.

"Petugas menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun, karena angin, asap dari gas air mata pun mengarah ke Tribun 14. Asap itu membuat perih mata dan para penonton berhamburan untuk segera keluar stadion," ujarnya saat ditemui, Minggu (2/10/2022).

Baca Juga:
Pedih, Anak-anak Usia 12 hingga 17 Tahun Turut Jadi Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan

Doni menonton pertandingan Arema FC bersama anaknya umur 11 tahun. Ia bergegas menggendong putranya tersebut untuk menyelematkan diri dari kepungan gas yang membuat mata sangat pedih. Desak-desakan antar suporter tak terhindarkan, lantaran akses keluar hanya ada satu lokasi di Tribun 14.

Sesampainya pintu keluar stadion, ia bertemu dengan Alfiansyah (11) ponakannya, anak dari pasangan suami istri anak dari pasangan Muhammad Yulianto (40) dan Devi Ratna Sari (30).

"Saya langsung tanya, ke mana kedua orang tuamu kok gak ada. Anak itu jawab kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," bebernya.

Baca Juga:
Singgung Piala Dunia U-20 2023, Pernyataan Menpora usai Tragedi di Stadion Kanjuruhan Disorot Netizen

Doni lantas melihat sosok Yulianto dan Devi yang digendong oleh para suporter lain. Ia mengenali dari atribut atau pakaian yang dikenakan saudaranya. Namun, keduanya dipastikan telah meninggal dunia.

"Langsung dibawa ke RS Teja Husada. Di area stadion sekitar satu jam sebelum di bawa ke RS," katanya.

Doni menduga penyebab Yulianto dan Devi meninggal akibat terinjak-injak.

Baca Juga:
Tewaskan 328 Suporter, Bencana Terbesar Sepak Bola di Peru juga Disebabkan Gas Air Mata

" Kemungkinan saudara saya itu jatuh lalu terinjak. Saat saya lihat, bagian mukanya sudah pucat membiru," tuturnya.

Kontributor Aziz Ramadani

Baca Juga:
Ratusan Suporter Tewas di Kanjuruhan, Ini Penjelasan Regulasi FIFA Soal Larangan Tembakan Gas Air Mata

Load More