Stephanus Aranditio
Pemain Persebaya Surabaya, Alfonsius Kelvan (tengah) bersitegang dengan oknum suporter Arema FC (Aremania) yang memasuki lapangan saat istirahat babak pertama dalam pertandingan Liga I GOJEK antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (6/10) Dalam pertandingan tersebut Arema FC mengalahkan Persebaya dengan skor akhir 1-0. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Bolatimes.com - Kasus kematian The Jakmania, Haringga Sirla sebelum laga Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung pada Minggu (23/9/2018) menjadi sorotan berita nasional dalam dua pekan.

Banyak orang mulai dari masyarakat biasa hingga artis yang selama ini jarang berbicara sepak bola kompak mengutuk aksi keji yang dilakukan oleh suporter Persib Bandung terhadap Haringga Sirla yang mengatasnamakan rivalitas.

Para petinggi mulai dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Kemenpora, hingga Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) sepakat menghentikan kompetisi Liga 1 selama satu pekan untuk merenung kematian Haringga dan memutuskan jalan keluar dari masalah ini.

Baca Juga:
Riyad Mahrez Gagal Penalti, Pep Guardiola Justru Beri Pujian

Setelah melalui permenungan yang singkat itu, PSSI kemudian memutuskan sanksi berat bagi Persib Bandung. Klub berjulukan Maung Bandung itu diusir dari pulau Jawa hingga akhir musim dan harus bermain tanpa penonton hingga putaran pertama musim depan. Persija Jakarta juga terkena hukuman terkait ulah para pemainnya di lapangan.

Baca Juga: Resmi, PSSI Umumkan 5 Hukuman untuk Persib Bandung 

Baca Juga: 4 Pemain dan Asisten Pelatih Persib Bandung Disanksi Komdis PSSI 

Baca Juga:
Klasemen Terbaru Liga Inggris: Manchester City Masih di Puncak

Baca Juga: 4 Pemain Persija Jakarta Disanksi Komdis PSSI Usai Lawan Persib

Hari ini, (8/10/2018) makam Haringga Sirla masih berusia 16 hari, tapi sepak bola Indonesia ''masih gini-gini aja''. Kematian Haringga Sirla yang diharapkan menjadi momentum perdamaian sepak bola Indonesia hingga saat ini belum juga bisa terwujud.

Laga amal antara Arema FC vs Madura United di Stadion Kanjuruhan yang dihadiri oleh seluruh perwakilan Liga 1 pada Sabtu (29/9/2018) yang menyerukan perdamaian antar suporter juga seperti angin lalu.

Baca Juga:
PSSI Siapkan Sanksi untuk Arema FC

Kerusuhan demi kerusuhan masih saja terjadi mulai dari pengeroyokan wasit, penyerangan pemain, hingga tindakan kericuhan suporter.

Awal Oktober, di Purwodadi, sebuah pertandingan antara dua tim lokal di kompetisi tingkat kabupaten terjadi kerusuhan, para pemain menyerang dan memukul wasit hingga harus diamankan. 7 Oktober, di Pekalongan terjadi kerusuhan antar-pemain Persatu Tuban dan Persip Pekalongan di Stadion Lokajaya, Kabupaten Tuban.

Puncaknya, laga rivalitas sengit antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (6/10/2018). Duel bertajuk Derby Jatim ini memang dikenal memiliki potensi kericuhan yang tinggi.

Baca Juga:
Berkat Khabib Nurmagomedov, Ronaldo Ucapkan Assalamualaikum

Benar saja, sebelum pertandingan suporter Arema FC memasuki lapangan saat pemain Persebaya sedang pemanasan, mereka mendekati pemain Persebaya dan mengejeknya. Sempat terjadi kontak fisik antara kiper Persebaya, Alfonsius Kelvan dengan Aremania namun masih bisa diredam.

Aremania mengganggu kiper Persebaya Surabaya, Alfonsius Kelvan (EmosiJiwaku.com)

Ada pula seorang Aremania yang sengaja buang air kecil di depan gawang Persebaya Surabaya, entah apa maksud dari tindakan ini. Laga dimulai, suporter masih saja menyanyikan lagu-lagu rasis, chant ''dibunuh saja'' masih terus bergema di Kanjuruhan.

Usai pertandingan para penonton merangsek masuk ke lapangan, bahkan ada seorang Aremania yang merobek bendera Persebaya. Di tribune sama saja, masih ada pelemparan botol kepada pemain Persebaya Surabaya dan flare yang menyala.

Aremania merobek bendera Persebaya Surabaya (EmosiJiwaku.com)

Rentetan kejadian dalam dua pekan ini membuktikan bahwa keputusan Komdis PSSI pada kasus Haringga Sirla belum juga mengedukasi para suporter Indonesia. Jika ini dianggap hal yang biasa maka rasanya susah untuk sekadar bermimpi melihat sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.

Load More