Bolatimes.com - Melirik jam tangan dilengannya, wasit asal Jerman Felix Brych, meniupkan peluit panjang sambil mengangkat kedua tangan dan mengarahkannya ke titik tengah lapangan. Tanda laga leg kedua antara Paris Saint-Germain (PSG) kontra Real Madrid berakhir di menit 90+5.
Sebagian besar dari pendukung yang hadir di Parc des Princes pun terdiam. Di ruang VVIP terlihat wajah Nasser Al-Khelaifi merah padam. Presiden PSG itu tampaknya tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa yang teramat sangat atas hasil pertandingan Rabu (7/3/2018).
Skor 1-2 yang diraih anak-anak asuh Unai Emery tidak cukup untuk menambal defisit gol dari kekalahan 3-1 PSG di leg pertama yang berlangsung di Santiago Bernabeu, 15 Februari lalu. PSG pun kembali dihadapkan dengan kenyataan pahit, yaitu tersingkir di babak 16 besar seperti musim lalu.
Emery terlalu takut menghadapi Madrid secara terbuka
Tersingkir dengan agregat telak 5-2, para pemain PSG hanya bisa tertunduk lesu saat memasuki lorong menuju kamar ganti. Perasaan mereka campur aduk, marah dan kecewa. Tidak terkecuali Julian Draxler yang dalam laga itu turun sebagai pemain pengganti.
Draxler mengaku kecewa dengan strategi yang diterapkan Emery. Menurutnya, pelatih asal Spanyol itu terlalu takut untuk bermain lebih terbuka menghadapi tim seperti Madrid.
"Saya terkejut dan marah. Kami hanya mengalirkan bola maju mundur, dan anda tidak akan bisa mencetak gol jika bermain seperti itu," ujar Draxler seperti dikutip Soccerladuma.
"Anda harus menekan setelah tahu tertinggal agregat 3-1, bukan hanya memancing dan menunggu kesempatan. Kita harus menekan lawan sejak awal," sambungnya mengkritik keras strategi Emery.
Kekecewaan sang presiden dan penyesalannya menendang Laurent Blanc
Tersingkir dari kompetisi kasta tertinggi benua biru, para pemain sudah pasti kecewa. Tapi paling tidak, kekecewaan mereka, emosi mereka, tidak sebesar Khelaifi yang sudah sangat mendambakan kejayaan PSG di kompetisi kasta tertinggi Eropa sejak mengambil alih klub tersebut di tahun 2011.
Baca Juga
"Ini bukan saatnya. Semua orang kesal," ujar Khelaifi usai pertandingan seperti dikutip Soccerway.
Fakta menunjukkan, keputusan Khelaifi dua tahun lalu keliru. Yaitu Keputusan menendang pelatih sebelumnya, Laurent Blanc.
Seperti diketahui, bersama asistennya Jean Louis Gasset, Blanc ditendang Khelaifi karena dinilai gagal memenuhi ambisi pebisnis asal Qatar itu untuk menjuarai Liga Champions.
Di musim 2015/16, yang merupakan musim ketiganya bersama PSG, Blanc hanya mampu membawa PSG ke babak perempat final. Sama seperti di dua musim sebelumnya, 2013/14 dan 2014/15.
Meski hanya mampu mencetak hattrick tiket perempat final Liga Champions bagi PSG, tiga tahun menukangi Edinson Cavani dan kawan-kawan Blanc berhasil mempersembahkan 11 trofi domestik, termasuk tiga mahkota Ligue 1.
Akan tetapi, saat itu Khelaifi sudah gelap mata. Alih-alih memberikan Blanc kesempatan, Khelaifi memilih untuk menggantikannya dengan Unai Emery, yang saat itu sukses mengantar Sevilla menjuarai Liga Europa tiga musim berturut-turut.
Demi ambisinya memenangkan Liga Champions, Khelaifi memenuhi semua keinginan Emery yang merapat di awal musim 2016/17. Bahkan menggelontorkan dana ratusan juta euro untuk memboyong pemain-pemain bintang macam Neymar dan Kylian Mbappe.
Namun kenyataan berkata lain. Di bawah asuhan Emery prestasi PSG justru merosot. Kehilangan mahkota Ligue 1 di musim 2016/17 dan hanya bermain di babak 16 besar Liga Champions selama dua musim (2016/17 dan 2017/18) berturut-turut, sangat jelas perbedaan pencapaian Emery dengan Blanc.
Reformasi dan kabar burung yang semakin santer
Sudah menghabiskan banyak uang namun prestasi merosot, wajar saja jika Khelaifi kecewa. Bahkan, jika pebisnis asal Qatar itu muak dan memilih untuk menendang Emery, hal itupun bisa dimaklumi.
Memang belum ada kata pecat yang terlontar dari mulut Khelaifi. Akan tetapi, kenyataan jika PSG mulai melirik pelatih lain tidaklah berlebihan.
Sejumlah media Prancis menyebut jika Khelaifi mulai melirik sejumlah pelatih untuk menggantikan Emery musim depan. Diantaranya adalah manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino, pelatih Juventus Massimiliano Allegri dan Zinedine Zidane yang sukses membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut.
Nasib Emery dan reformasi PSG memang masih tanda tanya. Namun nama terakhir terdengar sangat menjanjikan bagi Khelaifi untuk mewujudkan mimpinya menggondol trofi Si Kuping Besar ke Parc des Princes di musim yang akan datang.
Berita Terkait
-
Luis Enrique: PSG Tidak Pantas Kalahkan Tottenham
-
Mbappe Bersinar, Real Madrid Hajar WSG Tirol 4-0 Tutup Pramusim
-
Luis Enrique Mengaku Bingung Hadapi Tottenham Hotspur di Piala Super Eropa
-
Dari Blunder Fatal ke Pahlawan Adu Penalti: Debut Penuh Drama Lucas Chevalier
-
Debut Langsung Juara! Luca Chevalier Buktikan Depak Donnarumma Keputusan Tepat
-
Lucas Chevalier, Kiper Bergaya Playmaker yang Antar PSG Juara Piala Super Eropa
-
Lucas Chevalier Jadi Pahlawan! PSG Raih Piala Super Eropa Pertama
-
Napoli Resmi Dapatkan Pemain Buangan Real Madrid, I Partenopei Siap Pertahankan Scudetto
-
Donnarumma ke Man City atau Bayern? Masa Depan Kiper PSG Tergantung Ederson
-
Real Madrid vs Javier Tebas: Perang Besar Soal Laga Barcelona di Miami
Terkini
-
Kapan Piala Super Eropa 2025? PSG Bidik Trofi Pertama, Tottenham Siap Bikin Kejutan
-
Pemain Keturunan Indonesia Debut Bersama Ajax, Legenda Belanda Ini Dongkol
-
Rahasia Gaji Ronaldinho di Barca Legends Dibongkar Eks Rekan Patrick Kluivert
-
Demi Uang Rp1 Triliun, Darwin Nunez Hijrah ke Arab Saudi
-
Pesta Gol di Allianz Arena! Bayern Munich Bungkam Tottenham, Harry Kane Permalukan Mantan
-
Ronald Koeman Raih Penghargaan Tertinggi Eredivisie, Patrick Kluivert Gak Dapat?
-
Drama Transfer Rekan Kevin Diks di Gladbach: Maunya Pindah ke Ajax
-
Klub Anyar Justin Hubner Jadi Sorotan Jelang Kick Off Eredivisie 2025 Gegara Ini
-
Eks Pelatih FC Twente dan Pemain Keturunan Ditahan Kasus Pelecehan Seksual
-
Air Mata Jose Mourinho untuk Jorge Costa