Rendy Adrikni Sadikin | Irwan Febri Rialdi
Thomas Tuchel. (Sumber: Twitter/PSG_English).

Bolatimes.com - Thomas Tuchel, eks pelatih Borussia Dortmund akhirnya resmi akan menangani raksasa Prancis, Paris Saint-Germain (PSG). Melalui laman resmi klub, pelatih 44 tahun itu menggantikan Unai Emery untuk menangani tim selama dua musim ke depan.

Sebelumnya PSG dan Emery memutuskan untuk tak melanjutkan kerja sama, kontrak profesional mereka akan selesai pada akhir musim ini. Kendati berhasil mempersembahkan trofi League 1 Prancis dan Piala Prancis, hal itu dirasa belum cukup.

Pasalnya, Les Parisiens memiliki ambisi untuk berjaya di kancah Eropa. Mereka berani menggelontorkan dana selangit untuk mendatangkan pemain muda berbakat seperti Neymar dan Kylian Mbappe.

Baca Juga:
Persija Wajib Cetak Gol Cepat Untuk Lolos ke Final Piala AFC

Namun, di bawah kendali Unai Emery, PSG bahkan hanya mampu menembus babak 16 besar Liga Champions musim 2017/2018. Mereka saat itu takluk dari wakil Spanyol, Real Madrid.

Kemudian PSG mencari pelatih yang bisa memberi jaminan prestasi lebih baik lagi, terutama di Eropa.

Beberapa kandidat jempolan sempat dirumorkan mulai dari Zinedine Zidane, Antonio Conte, sampai Massimiliano Allegri, tapi pilihan itu akhirnya jatuh pada Thomas Tuchel.

Baca Juga:
Jelang Final Liga Champions Hotel di Kiev Pasang Tarif Tinggi

Tuchel akan dikontrak selama dua musim lamanya, tugasnya dimulai pada awal Juli esok. Ia dipercaya mendapat gaji 8 juta euro atau Rp133,4 miliar per musimnya.

"Dengan penuh kebahagiaan, kebanggaan, dan dipenuhi hasrat saya bergabung dengan klub yang luar biasa, Paris Saint-Germain," ujar Tuchel di laman resmi klub barunya.

Baca Juga:
5 Potret Kebersamaan Pesepak Bola Bersama Anaknya

"Saya tak sabar untuk segera bekerja sama dengan semua pemain hebat di sini, yang mana mereka juga jadi salah satu yang terbaik di dunia. Bersama staf saya, kami akan berusaha semaksimal mungkin mengangkat PSG menembus batas di level internasional," tuturnya menambahkan.

Lebih lanjut, Tuchel mengaku melihat potensi hebat di PSG. Ia menjadi tak sabar untuk segera memulai kerjasama.

"Ada potensi yang sangat besar di PSG dan ini merupakan tantangan yang sangat menarik buat saya. Tak sabar pula menjejakkan kaki di Parc des Princes, sebagai salah satu stadion terbaik di Eropa dengan atmosfer yang fantastis," pungkasnya.

Baca Juga:
Gareth Bale Jadi Pemain Terkaya di Britania Raya

Seberapa hebat Thomas Tuchel?

Secara objektif, Thucel belum bisa dikatakan sebagai pelatih berkualitas tinggi layaknya pelatih yang telah teruji di kompetisi lokal dan juga Eropa seperti Pep Guardiola, Jose Mourinho atau pun Zenedine Zidane.

Sebelumnya, tiga musim ia telah menjadi nakhoda klub Jerman, Borussia Dortmund. Namun, tak ada prestasi yang berarti.

Paling bagus, saat ia berhasil mengantarkan Die Borussen menjadi juara DFB Pokal pada musim 2016/2017.

Selain itu, mereka hanya menjadi runner-up di dua kompetisi bergengsi Jerman pada satu musim sebelumnya, yakni di ajang Bundesliga dan DFB Pokal. Praktis gelar Bundesliga belum pernah dipersembahkan Tuchel untuk Dortmund.

Namun, ia dikenal sebagai pelatih memiliki visi bermain yang kuat. Tuchel memiliki ciri khas dengan formasi 4-2-3-1 dan 4-1-4-1, melalui formasi tersebut ia menerapkan gaya menyerang dengan tekanan tinggi atau gegenpressing.

Sebelum menjadi arsitek Dortmund, Tuchel sempat menjadi pelatih pada 2004 pernah menangani Stuttgart U-19, Augsburg, dan Mainz.

Tuchel memiliki gaya permainan yang mirip Juergen Klopp

Jika bicara tentang gegenpressing tentu pecinta sepak bola tak bisa mengesampingkan pelatih Liverpool, Juergen Klopp. Di Dortmund, gegenpressing bisa dikatakan diperkenalkan lebih dulu oleh Klopp dibanding Tuchel.

Sebelum Klopp hijrah ke Liverpool, Dortmund sangat lekat dengan gegenpressing ala Juergen Klopp. Skuat kuning hitam itu berhasil merusak dominasi Bayern Muncehn di Bundesliga dengan memenangi trofi liga pada 2010/2011 dan 2011/2012.

Dortmund dengan gegenpressing-nya juga sempat mengejutkan Eropa saat mampu melaju ke partai puncak Liga Champions musim 2012/2013.

Namun, gegenpressing Klopp sempat tak bertaring dan membuat Dortmund berada di papan bawah Bundesliga musim 2015/2016.

Saat itu, usai Klopp dipinang Liverpool, Thomas Tuchel datang ke Signal Iduna Park. Mantan pelatih Mainz itu mampu mengembalikan filosofi bermain gegenpressing.

Bersama Tuchel, Dortmund sempat terpuruk di dasar klasemen Bundesliga di awal musim mampu menutup musim dengan kelolosan ke kualifikasi Liga Europa.

Beban berat Thomas Tuchel di PSG

Tuchel memiliki beban berat di raksasa Prancis, PSG. Pasalnya, gemilang gelar domestik tak mampu memuaskan sang pemilik klub, Nasser Ghanim Al-Khelaifi.

Pria asal Qatar itu sempat menegaskan jika PSG sangat mendambakan gelar Liga Champions.

Berbagai usaha telah dilakukan, termasuk mendatangkan para pemain bintang dengan harga super mahal seperti Neymar, Kylian Mbappe, atau pun bintang sebelumnya seperti Edison Cavani dan juga Zlatan Ibrahimovic yang telah pergi.

Akan tetapi, semua usaha tersebut belum sekalipun mampu mendatangkan gelar Liga Champions ke Paris. Pelatih jempolan silih berganti menangani.

Sebut saja seperi Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, dan Unai Emery, tetapi lagi-lagi belum mampu mempersembahkan trofi telinga besar tersebut.

Kini, dinasti PSG berada di tangan Thomas Tuchel. Patut ditunggu akankah ia mampu mempersembahkan dahaga gelar Liga Champions untuk Les Rouge-et-Bleu.

Bolatimes.com/Irwan Febri Rialdi

Load More