Bolatimes.com - Dahulu, seorang kiper diperbolehkan memegang bola hasil umpan rekannya atau disebut back-pass. Namun, mengapa saat ini penjaga gawang dilarang menangkap atau menyentuh bola hasil back-pass?
Kiper atau penjaga gawang merupakan posisi yang diistimewakan dalam sepak bola. Berbeda dengan posisi lainnya, posisi ini memiliki wilayah sendiri di mana mereka bebas untuk menyentuh bola selama pertandingan.
Namun ada satu momen di mana kiper tak boleh menyentuh atau memegang bola di areanya sendiri, yakni saat menerima bola hasil operan rekannya atau yang bisa disebut back-pass.
Baca Juga:
Link Live Streaming Timnas Indonesia U-23 vs Australia, Menang Harga Mati
Sejatinya, aturan ini belum berlaku di masa silam. Jika melihat laga-laga tempo dulu, terlihat para kiper masih sering menyentuh atau memegang bola hasil sodoran rekannya.
Namun per tahun 1992, menyentuh bola hasil back-pass menjadi perbuatan terlarang. Karenanya, wasit bisa memberikan tendangan bebas langsung dari dalam kotak penalti bila kiper menangkap bola hasil back-pass.
Lantas mengapa saat ini kiper diharamkan menyentuh bola hasil back-pass rekannya? Dan bagaimana aturan ini bisa mengubah taktik dalam sepak bola?
Baca Juga:
3 Pesan Penting Shin Tae-yong agar Timnas Indonesia U-23 Bungkam Australia
Agar Tak Buang-buang Waktu
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebelum memasuki era sepak bola modern, kiper diperbolehkan menangkap bola hasil back-pass.
Namun, hal tersebut kini dilarang sejak adanya evaluasi di Piala Dunia 1990 Italia. Ajang bergengsi tersebut dianggap membosankan karena hanya punya rataan 2,2 gol per laga saja.
Baca Juga:
Bentuknya Jumbo, Hadiah Aurel Hermansyah untuk Anak Baim Wong Jadi Sorotan
Salah satu hal yang membuat ajang ini membosankan adalah banyaknya tindakan buang-buang waktu yang dilakukan pemain dengan cara memberi bola kepada kiper atau back-pass.
Puncak kebosanan itu muncul di tahun 1992 kala Denmark berhasil menjuarai Euro 1992. Dalam ajang itu, tim Dinamit menjadi kampiun dengan cara membosankan.
Sebab setelah unggul gol atas Jerman, Denmark bermain negatif dan banyak mengulur waktu dengan memberikan bola ke kiper, Peter Schmeichel, untuk ditangkap.
Baca Juga:
Dendam Kesumat, Miralem Pjanic Ngomong Gini usai Ronald Koeman Dipecat
Pertandingan tersebut pun terasa membosankan bagi para penikmat sepak bola, apalagi untuk laga sekelas final di ajang seperti Euro atau Piala Eropa.
Hal ini kemudian mendasari lahirnya aturan back-pass di mana kiper dilarang menangkap atau menyentuh bola dengan tangan.
Adapun, terakhir kali pertandingan yang mengizinkan kiper menangkap atau menyentuh bola hasil Back-Pass terjadi pada 23 Juni 1992 di Kualifikasi Piala Dunia 1994 antara El Salvador vs Nikaragua.
Secara tak langsung, munculnya aturan Back-Pass lantas mengubah taktik dalam sepak bola itu sendiri sehingga menjadi atraktif dan lebih modern.
Aturan ini membuat para pemain harus cerdas dalam mengambil keputusan saat tertekan. Selain itu, aturan ini juga membuat para kiper tak hanya harus andal dalam menggunakan tangan, melainkan juga menggunakan kakinya.
Liverpool menjadi salah satu tim yang terkena dampak aturan ini. Kesulitan The Reds menjadi juara sendiri diyakini karena adanya aturan Back-Pass.
Sebelum aturan ini ada, Liverpool menerapkan taktik mengulur waktu dengan mengirim bola ke kipernya, Bruce Grobbelaar untuk memberi waktu agar menguasai kembali permainan.
Namun sejak aturan ini hadir, para pemain Liverpool, terutama bek, kesulitan mengubah mindset mereka sehingga memberi hasil buruk pada permainan The Reds.
Aturan itu pula juga membuat banyak munculnya strategi mengulur waktu dalam sepak bola. Akibat aturan ini, setiap tim pun dipaksa memainkan penguasaan bola saat unggul dan bertahan sedalam mungkin.
Bisa dikatakan, aturan back-pass ini tak ayal menjadi tonggak transisi sepak bola modern yang dikenal saat ini.
Berita Terkait
-
Kiper Naturalisasi Timnas Indonesia Maarten Paes Optimis Debut Kontra Irak, Kasus CAS sudah Clear?
-
Bukan Kaleng-kaleng, Ini Impian Kiper Naturalisasi Timnas Indonesia Maarten Paes Usai Resmi Menjadi WNI, Juara AFF?
-
Resmi WNI, Kasus Maarten Paes di CAS Sudah Clear, Bakal Debut Kontra Irak?
-
4 Alasan Man United Harus Singkirkan Erik ten Hag
-
Xabi Alonso Benar-Benar akan Jadi Milik Liverpool, Bisa Bikin Bayern Muenchen Gigit Jari
-
Link Live Streaming Resmi dan Jadwal Semifinal Piala FA: Man United Jumpa Klub Divisi 2 Usai Duel Gila vs Liverpool
-
VAR Selamatkan Setan Merah dan Gol Telat Casemiro Bikin Manchester United Harus Ladeni Liverpool
-
Drawing 16 Besar Liga Europa, Final Dini AC Milan vs Liverpool, Siapa yang Atur?
-
M Salah di Posisi 4, Ini 20 Pemain Teratas dengan Dua Digit Gol dan Assist
-
UEFA bakal Gunakan Bola 'Sakti' di Euro 2024
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
Rumah Tangga Pratama Arhan Retak, Azizah Salsha Digosipkan Berselingkuh
-
Menyambut Musim 2024/2025 Persib Bandung Gelar Pesta Rakyat
-
Ini Hak Istimewa Pemegang Pasport Planet Persib
-
Cara Persib Bandung Berbagi Semangat di Bulan Ramadan
-
Tren Olahraga Generasi Z dan Pilihan Outfit Kekinian yang Fesyenebel
-
Shin Tae-yong Resmi Bekerja Bersama Seongnam FC di Korea Selatan
-
Yolla Yuliana Perkenalkan Status Baru: Nih Pasangan Aku di Hidup Aku
-
Pesepakbola Israel Ditangkap Diduga Terkait Pesan Perang Israel-Hamas
-
Istri Pratama Arhan Blak-blakan Ogah Punya Anak Dulu, Azizah Salsha Bilang Begini
-
Cara Eks Pebasket Denny Sumargo Menggoda Maria Vania yang Berbikini