Bolatimes.com - Status sebagai pemain bintang dunia ternyata tak lantas membuat seorang pesepak bola bisa merasakan gelar Liga Champions.
Padahal, sebetulnya pemain-pemain legendaris ini memiliki kapasitas yang cukup mumpuni untuk merasakan setidaknya satu kali mengangkat trofi Liga Champions sepanjang kariernya.
Sebab, mereka sebetulnya berhasil meraih kesuksesan bersama klubnya di level klub dengan catatan gelar liga domestik, maupun bersama tim nasionalnya masing-masing.
Namun, barangkali keberuntungan tidak berpihak kepada mereka. Sebab, pemain-pemain yang sudah layak disebut legenda ini justru tak pernah meraih ‘Si Kuping Besar’.
Berikut Bolatimes.com menyajikan sederet legenda sepak bola dunia yang tak pernah merasakan gelar Liga Champions.
Tak berlebihan jika menyebut Gianluigi Buffon sebagai salah satu penjaga gawang terhebat dan legendaris di dunia. Namun, sejak kariernya yang dimulai pada 1990-an, ia tak sekalipun meraih gelar Liga Champions.
Padahal, mantan penjaga gawang timnas Italia itu sudah pernah memperkuat sejumlah klub elite di Eropa seperti Parma, Juventus, hingga Paris Saint-Germain (PSG).
Namun, ternyata catatan 124 penampilannya di kompetisi elite antarklub Eropa itu tak lantas membawanya untuk naik ke podium juara Liga Champions.
Sejauh ini, Buffon sudah tiga kali tampil di partai final Liga Champions, tapi sebanyak tiga kali itu pula ia gagal mengangkat trofi ‘Si Kuping Besar’
Robin van Persie menjadi salah satu penyerang tersubur di Liga Inggris saat masih aktif bermain bersama Arsenal maupun Manchester United.
Namun, di level Eropa, ia tak mampu meraih gelar mentereng. Padahal, sebetulnya ketajaman mantan pemain timnas Belanda ini tak perlu diragukan lagi.
Sebab, di ajang Liga Champions, pemain yang dikenal kidal ini punya catatan 25 gol bersama sejumlah klub yang pernah disinggahinya.
DI level Eropa, Van Persie hanya mampu meraih gelar Piala UEFA, atau kejuaraan kasta kedua antarklub Eropa pada edisi 2001/2002.
Michael Ballack memang punya kisah sukses di level klub. Namun, prestasinya belum bisa ditancapkan di level kompetisi elite Eropa.
Itulah sebabnya, Ballack identik dengan julukan sebagai ‘Mr Runner-up’. Sebab, pada tahun 2002, dia gagal juara di empat kompetisi yang berbeda.
Bersama Bayern Leverkusen, ia gagal juara Bundesliga, DFB-Pokal, Liga Champions, dan Piala Dunia bersama timnas Jerman. Semuanya hanya berakhir sebagai runner-up.
Khusus pada ajang Liga Champions, Ballack harus gigit jari karena Bayern Leverkusen kalah 1-2 dari Real Madrid pada partai final.
(Kontributor: Muh Adif Setiawan)
Tag
Berita Terkait
-
Petaka Barcelona! Hansi Flick Dilarang Dampingi Blaugrana di Liga Champions, Kok Bisa?
-
Insiden Kocak di Kualifikasi Liga Champions: Nomor Jersey Ditulis Pakai Pulpen
-
Buffon Tolak Mourinho, Pilih Gattuso! Drama Panas di Balik Kursi Pelatih Italia
-
Kata Tegas Gennaro Gattuso Pelatih Anyar Italia: Jangan Manja Jadi Pemain!
-
Petuah Luis Enrique untuk Sepak Bola Italia Agar Tak Membosankan
-
Jarang Terekspos! Pahlawan Liga Champions 1995 Ini Ternyata Punya Darah Indonesia
-
Kylian Mbappe Akhirnya Buka Suara usai PSG Juara Liga Champions Tanpa Dirinya
-
2 Suporter Jadi 'Tumbal' PSG Juara Liga Champions: 192 Jadi Korban
-
Pemain LOSC Lille Mitchel Bakker Dilaporkan Keturunan Maluku, PSSI Bergerak
-
Berbagai Kejutan Menarik di Sepanjang Musim Liga Champions
Terkini
-
Kapan Piala Super Eropa 2025? PSG Bidik Trofi Pertama, Tottenham Siap Bikin Kejutan
-
Pemain Keturunan Indonesia Debut Bersama Ajax, Legenda Belanda Ini Dongkol
-
Rahasia Gaji Ronaldinho di Barca Legends Dibongkar Eks Rekan Patrick Kluivert
-
Demi Uang Rp1 Triliun, Darwin Nunez Hijrah ke Arab Saudi
-
Pesta Gol di Allianz Arena! Bayern Munich Bungkam Tottenham, Harry Kane Permalukan Mantan
-
Ronald Koeman Raih Penghargaan Tertinggi Eredivisie, Patrick Kluivert Gak Dapat?
-
Drama Transfer Rekan Kevin Diks di Gladbach: Maunya Pindah ke Ajax
-
Klub Anyar Justin Hubner Jadi Sorotan Jelang Kick Off Eredivisie 2025 Gegara Ini
-
Eks Pelatih FC Twente dan Pemain Keturunan Ditahan Kasus Pelecehan Seksual
-
Air Mata Jose Mourinho untuk Jorge Costa