Bolatimes.com - Sepak bola merupakan salah satu permainan yang mengandalkan persaingan. Sederet aturan pun dibuat agar olahraga terpopuler di dunia ini tetap kompetitif dan menghibur, salah satunya adalah aturan poin.
Dalam perkembangannya, sepak bola kerap mengalami perubahan di setiap aturannya. Baik itu untuk yang terjadi di atas lapangan, maupun di luar lapangan.
Aturan-aturan ini dibuat agar permainan berjalan adil, menghibur dan tetap punya unsur persaingan, terutama dalam berebut gelar juara.
Baca Juga:
Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2022: Prancis, Belgia, dan Belanda Tampil
Untuk memperebutkan gelar juara, biasanya setiap kompetisi seperti liga menerapkan sistem poin mengingat banyaknya pertandingan yang dijalani.
Dahulu, banyak liga-liga di dunia memberikan dua poin untuk pemenang, satu poin untuk hasil imbang dan tak mendapat poin untuk yang kalah.
Aturan ini masih dipakai hingga awal 1980 an. Namun, aturan ini diubah dan diadopsi hingga saat ini di mana pemenang pertandingan sepak bola akan mendapat tiga poin, alih-alih dua poin.
Baca Juga:
Tiba di Turki Gabung Timnas Indonesia, Egy Maulana Vikri Langsung Ngegym
Lantas, bagaimana asal usul lahirnya tiga poin untuk pemenang pertandingan sepak bola?
Untuk Menghargai Kemenangan dan Membuat Pertandingan Menarik
Percaya atau tidak, sebelum aturan tiga poin untuk pemenang hadir, banyak tim yang jarang menang namun bisa juara karena mendulang poin dari hasil seri.
Baca Juga:
Penuh Kasih Sayang, Cristiano Ronaldo Doakan Putrinya di Hari Ulang Tahun
Dahulu, perbedaan poin antara kemenangan dan hasil imbang hanya berselisih satu poin. Dengan kata lain, setiap tim tak menargetkan kemenangan, yang penting tak mengalami kekalahan agar terus mendulang poin.
Sebagai contoh, tim A bermain 9 laga dengan total 4 kemenangan, 3 hasil imbang dan 2 kekalahan. Jika dengan sistem dua poin, maka tim A hanya akan mengoleksi total 11 poin.
Lalu mari melihat tim B yang juga bermain 9 laga tapi hanya 3 kali menang, 5 kali imbang dan 1 kali kalah. Bila dengan perhitungan dua poin, maka tim B yang lebih banyak imbang punya poin sama dengan tim A yakni 11 poin.
Baca Juga:
Ingin Berikan Makanan Khas Bali ke Putrinya, Viktor Axelsen Dilarang Istri
Apakah itu adil bagi tim yang terus mencari kemenangan untuk mendulang poin sebanyak-banyaknya, ternyata jumlah poinnya harus sama dengan tim yang hanya ingin terhindar dari kekalahan?
Ada beberapa versi tentang awal kelahiran tiga poin untuk pemenang. Versi pertama yakni sistem tiga poin telah ada di kompetisi amatir Inggris bernama Isthmian League sejak 1905 dan dimulai lagi pada Juli 1973 saat berkolaborasi dengan sebuah perusahaan rokok bernama Rothmans.
Versi kedua mengatakan bahwa sistem tiga poin dicetuskan oleh seorang presenter, analis sekaligus manajer Coventry City yakni Jimmy Hill pada 1981.
Ia menggagas ide tiga poin untuk kemenangan ini agar pertandingan berjalan menarik dan lebih atraktif, sehingga setiap tim mencari kemenangan dan banyak gol yang akan diciptakan.
Sama seperti versi pertama, ide ini pun diterapkan pertama kali di Inggris yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lainnya dan bahkan oleh FIFA untuk Piala Dunia serta UEFA untuk Liga Champions.
Nyatanya, adanya perubahan dari dua poin dan tiga poin ini mengubah sejarah sepak bola itu sendiri. Jika masih menerapkan sistem dua angka, Blackburn Rovers takkan menjuarai Premier League 1995/96 karena poinnya sama dengan Manchester United dan kalah selisih gol.
Berdasarkan penelitian yang ada, kehadiran sistem tiga poin ini membuat setiap tim tak lagi mengincar hasil imbang. Selain itu adanya peningkatan serangan dari setiap tim sebesar 10 persen dan peningkatan jumlah pelanggaran sebesar 12,5 persen.
Berita Terkait
-
Meroket! Timnas Indonesia Bisa Naik 6 Peringkat Ranking FIFA Jika Menang dari Arab Saudi
-
Ranking FIFA Terbaru Timnas Indonesia, Selangkah Lagi Pecahkan Rekor Peringkat pada 2011
-
Wasit Thailand Sivakorn Pu-Udom Kembali Jadi Wasit VAR Laga Timnas Indonesia U-23, Erick Thohir Lapor ke FIFA?
-
FIFA Sanksi Persija Jakarta dan Empat Klub Lainnya
-
Bawa Nama FIFA, FIFPRO Bela 29 Pemain Kalteng Putra, Desak PSSI Intervensi Klub Bayar Gaji Serta Hentikan Proses Pidana
-
Babak Belur oleh Asutralia di 16 Besar Piala Asia, Fakta Data Baru Timnas Indonesia Termasuk Rangking FIFA
-
Lawan Australia di 16 Besar Piala Asia,Timnas Menang Dapat Tambahan Poin, Kalah Tak Dikurangi, Sesuai Regulasi FIFA
-
Lolos ke Babak 16 Besar Piala Asia, Bung Towel Tetap Kritik Shin Tae-yong: Tidak Sesuai Kinerja dan Janji
-
Bukan Timnas Indonesia Top Ranking FIFA di ASEAN, Negara Ini yang Sanggup Menggeser Vietnam
-
Ranking FIFA Timnas Indonesia Bakal Melesat Naik 10 Peringkat Jika Berhasil Kalahkan Jepang
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
Lamine Yamal, Bocah 16 Tahun 362 Hari Cetak Gol di Euro 2024
-
Bek Timnas Indonesia Akan Jaga Striker Italia di Laga Perdana Serie A
-
Jadwal Perempatfinal Euro 2024, Jerman vs Spanyol hingga Portugal vs Prancis
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Dilepas Gratis SC Heerenveen, Media Belanda Bongkar Masa Depan Gelandang Timnas Indonesia
-
Ambisi Granit Xhaka Bisa Semulus Bayer Leverkusen? Percaya Timnas Swiss Juara di Bawah Kendali Murat Yakin
-
BUBUK! Jerman Memang Keterlaluan, Andy Robertson Buka-bukaan Skotlandia Hancur di Laga Pertama Euro 2024 Grup A
-
Ini Tiga Negara yang Baru Bergabung ke Babak Final Euro 2024
-
Jadwal Vietnam vs Indonesia Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Kedua
-
5 Fakta Menarik Jelang Laga Euro 2024, Tiket Nonton Tahap Pertama Jadi Buruan Suporter