Bolatimes.com - Piala Dunia merupakan kompetisi terakbar di kancah sepak bola yang kerap dinantikan para penikmat si kulit bundar. Namun mengapa ajang ini hanya dilakukan setiap 4 tahun sekali saja?
Belum lama ini muncul ide bahwa Piala Dunia akan digelar setiap 2 tahun sekali. Ide ini dilayangkan oleh Arsene Wenger beberapa waktu lalu.
Mantan pelatih Arsenal tersebut mengemukakan ide itu demi menyajikan tontonan yang bermutu. Selain itu, Wenger berasumsi bahwa nantinya para pemain tak perlu menjalani proses kualifikasi yang panjang.
Baca Juga:
Legenda Man United Minta Solskjaer Jangan Dipecat Dulu, Ini Alasannya
Senada dengan Wenger, FIFA bahkan mendukung gagasan ini dan telah membicarakan dengan enam konfederasi guna memuluskan ide tersebut.
Ide tersebut pun mendapat tentangan dari banyak pihak, termasuk pecinta sepak bola yang menganggap bahwa Piala Dunia adalah ajang eksklusif yang tak boleh diotak-atik begitu saja.
Berbicara soal eksklusivitas Piala Dunia, tentu tak banyak bertanya-tanya apa yang jadi alasan ajang tersebut hanya digelar 4 tahun sekali?
Baca Juga:
Beda Sikap, Conor McGregor Kekeh Dukung Solskjaer Bertahan di Man United
Berikut rangkuman alasan Piala Dunia hanya digelar sekali dalam 4 tahun, yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Banyaknya Tahapan
Bermain di Piala Dunia merupakan mimpi setiap negara. Untuk itu, FIFA mengakomodir mimpi itu lewat tahapan kualifikasi per zona.
Baca Juga:
Kalahkan Timnas Indonesia U-23, Pelatih Australia: Kami Bisa Menang Telak
Tanpa disadari, tahapan kualifikasi ini membuat Piala Dunia hanya bisa digelar sekali dalam kurun waktu 4 tahun. Bayangkan saja, 211 anggota negara harus bersaing memperebutkan 31 dari 32 tiket tersisa.
Agar perebutan itu berjalan adil, maka dibuatlah tahapan kualifikasi yang jelas akan memakan waktu dan energi dari setiap pesertanya.
2. Infrastruktur
Baca Juga:
Resmi, Ini Daftar Tuan Rumah Putaran Kedua Penyisihan Grup Liga 2 2021
Untuk menggelar Piala Dunia, negara tuan rumah perlu memiliki infrastruktur yang matang yang sesuai dengan standar dari FIFA.
Membangun infrastruktur yang sesuai standar FIFA tak memakan waktu singkat. Perlu adanya perancangan, perencanaan, serta strategi sendiri.
Apalagi soal biaya. Untuk Piala Dunia 2014 saja, Brasil selaku tuan rumah menghabiskan 56 triliun rupiah untuk membangun atau merevitalisasi kembali venue-nya.
3. Tradisi
Saat Piala Dunia pertama kali digelar pada 1930, sulit bagi setiap negara turut berpartisipasi karena terbatasnya transportasi kala itu.
Karenanya, ada jeda hingga 4 tahun lamanya agar setiap negara bisa mempersiapkan diri untuk bermain di Piala Dunia selanjutnya.
Sebagai contoh, Piala Dunia pertama yang digelar di Uruguay pada 1930 hanya diikuti oleh beberapa negara saja. Sebagian negara Eropa memilih tak ikut karena sulitnya transportasi ke Amerika Selatan.
4. Kesan Eksklusif
Percaya atau tidak, gelaran Piala Dunia yang 4 tahun sekali membuat para penikmat sepak bola sangat menantikannya demi menonton bintang-bintang lapangan hijau berlaga.
Durasi 4 tahun sekali menjadi jangka waktu yang tepat bagi penonton untuk menyaksikan para pemain pujaannya dan negaranya bisa tampil maksimal.
Jika dimainkan setiap 2 tahun sekali, kesan ini akan hilang karena para penikmat sepak bola telah terbiasa menanti gelarannya setiap 4 tahun sekali.
Berita Terkait
-
Belum Terdaftar di Sidang CAS, Maarten Paes Justru Berpotensi Main di Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Meroket! Timnas Indonesia Bisa Naik 6 Peringkat Ranking FIFA Jika Menang dari Arab Saudi
-
Satu Striker Liga Belanda Resmi Jadi WNI usai Timnas Indonesia Satu Grup dengan Jepang
-
Bertepatan Masuk Grup Neraka di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia Resmi Dapat Striker Anyar
-
Gabung di Grup C, Inilah Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
PSSI Bisa Kejar Maarten Paes Agar Tampil di Round 3 Kualifikasi Piala Dunia, Kasus Sama di CAS Selesai Cuma 2 Bulan
-
Resmi! Inilah Pembagian Pot Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Ranking FIFA Terbaru Timnas Indonesia, Selangkah Lagi Pecahkan Rekor Peringkat pada 2011
-
Kiper Naturalisasi Timnas Indonesia Maarten Paes Optimis Debut Kontra Irak, Kasus CAS sudah Clear?
-
Wasit Thailand Sivakorn Pu-Udom Kembali Jadi Wasit VAR Laga Timnas Indonesia U-23, Erick Thohir Lapor ke FIFA?
Tag
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
Lamine Yamal, Bocah 16 Tahun 362 Hari Cetak Gol di Euro 2024
-
Bek Timnas Indonesia Akan Jaga Striker Italia di Laga Perdana Serie A
-
Jadwal Perempatfinal Euro 2024, Jerman vs Spanyol hingga Portugal vs Prancis
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Dilepas Gratis SC Heerenveen, Media Belanda Bongkar Masa Depan Gelandang Timnas Indonesia
-
Ambisi Granit Xhaka Bisa Semulus Bayer Leverkusen? Percaya Timnas Swiss Juara di Bawah Kendali Murat Yakin
-
BUBUK! Jerman Memang Keterlaluan, Andy Robertson Buka-bukaan Skotlandia Hancur di Laga Pertama Euro 2024 Grup A
-
Ini Tiga Negara yang Baru Bergabung ke Babak Final Euro 2024
-
Jadwal Vietnam vs Indonesia Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Kedua
-
5 Fakta Menarik Jelang Laga Euro 2024, Tiket Nonton Tahap Pertama Jadi Buruan Suporter