Rauhanda Riyantama
Kapten Liverpool, Jordan Henderson dan rekan-rekannya saat merayakan gelar juara Liga Champions 2018/2019. (JAVIER SORIANO / AFP)

Bolatimes.com - Liga Champions merupakan salah satu kompetisi antar klub paling bergengsi di Eropa. Tak hanya bagi penduduk benua biru, hampir seluruh masyarakat di dunia memberikan perhatian lebih pada ajang ini.

Liga Champions musim 2021-2022 akan segera dimulai. 32 tim terbaik telah terpilih dan akan dibagi dalam 8 grup yang berisikan 4 tim di setiap grupnya.

Nantinya, setiap tim akan memperebutkan dua tiket dari masing-masing grup untuk menembus babak gugur atau Knock Out agar meneruskan jalannya meraih trofi Si Kuping Besar.

Baca Juga:
Momen Odegaard Gagal Cetak Gol di Depan Gawang Kosong, Netizen Murka

Pembagian grup ini akan dilakukan hari ini (26/8/21) yang bertempat di Istanbul, Turki. Ke-32 tim tersebut akan terbagi dalam empat pot.

Pot pertama berisikan kampiun Liga Champions dan Liga Europa beserta juara masing-masing liga. Lalu, tiga pot lainnya akan dibagi sesuai koefisien setiap tim.

Untuk Liga Champions 2021/22, kemungkinan lahirnya grup neraka akan tercipta mengingat banyaknya tim-tim besar yang tersebar dari pot 1 hingga pot 3.

Baca Juga:
Pep Guardiola Kasih Bocoran Kapan Tinggalkan Manchester City

Bertemunya tim-tim besar ini atau grup neraka pun bisa diartikan sebagai mimpi Liga Champions saat awal dibentuk. Sesuai namanya, kompetisi ini adalah kompetisi untuk para juara sejak awal berdiri.

Lantas, bagaimana  awal terciptanya Liga Champions sehingga menjadi salah satu kompetisi terpopuler di dunia?

Trofi Liga Champions (AFP)

Kompetisi untuk Para Juara

Baca Juga:
Nyaman Bersama Inter, Dzeko: Saya Seperti Sudah Main di Sini Bertahun-tahun

Liga Champions sendiri pada awalnya bernama European Champions Club Cup atau biasa disebut Piala Champions Eropa yang dimulai sejak 1955.

Ide lahirnya Liga Champions terinspirasi dari kompetisi South American Championship of Champions yang berlangsung lebih dulu sejak 1948.

Lalu, ide Liga Champions juga lahir dari klaim Wolverhampton Wanderers yang menyebut bahwa mereka juara dunia pada tahun 1954 pasca memenangi beberapa laga persahabatan melawan tim Eropa lainnya.

Baca Juga:
Kasihan Bremer SV, Dibantai Bayern Munchen Tanpa Ampun 12-0!

Karena klaim itu, dua jurnalis dari L'Equipe yakni Gabriel Hanot dan Jacques Ferran menelurkan ide untuk membuat sebuah kompetisi antar tim terbaik di Eropa.

Di awalnya, proyek ini hanya akan berisi 16 tim yang dipilih oleh penyelenggara dengan sistem kandang dan tandang. Lantas, dibawalah ide ini ke FIFA.

FIFA pun merespon positif ide ini dan meminta L'Equipe mengajukan rencana ke UEFA. Beruntung federasi sepak bola Eropa setuju akan ide tersebut dan menyerahkan ide itu ke asosiasi dari setiap klub untuk mendapat izin berpartisipasi.

L'Equipe pun lantas mengundang para klub untuk membahas ide ini pada tanggal 2-3 April 1955. Di sana lah disepakati aturan dan pembentukan komite pelaksana.

Usai mendapat restu FIFA, ditunjuklah UEFA sebagai penyelenggara dan laga perdana di mulai pada 4 September 1955 di Lisbon, Portugal.

Pada tahun 1992, UEFA mengubah format Piala Champions Eropa menjadi Liga Champions seperti yang dikenal saat ini. Perubahan terlihat dari format kompetisi.

Saat pertama dibuat, Piala Champions Eropa berformat Knock Out atau sistem gugur dan diikuti oleh juara masing-masing liga domestik.

Lantas, UEFA mengubahnya menjadi sistem Round Robin Group Stage di tahun 1991 dan mulai dipraktekan di tahun 1992. Saat perubahan ini pun, UEFA mengizinkan klub dari beberapa liga tertentu berpartisipasi.

Sejak saat itu, Liga Champions berlangsung seperti yang dikenal pecinta sepak bola saat ini yakni dengan sistem babak grup yang berlanjut ke sistem babak gugur.

Kontributor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Load More