Stephanus Aranditio | Rauhanda Riyantama
Ludahan Frank Rijkaard kepala Rudi Voller semakin panaskan hawa persaingan Jerman Barat dan Belanda pada Piala Dunia 1990.

Bolatimes.com - Piala Dunia adalah momen yang paling ditunggu penggemar sepak bola seluruh dunia. Kompetisi empat tahunan itu selalu memunculkan drama dan intrik di setiap laganya. Salah satunya duel antara Jerman Barat dan Belanda di Piala Dunia 1990.

Duel klasik itu menghadirkan satu kisah kontroversial. Tidak lain adalah perilaku Frank Rijkaard yang meludahi Rudi Voeller.

Sebenarnya, ketegangan kedua negara sudah terjadi sejak Piala Dunia 1974 di Jerman. Ludah Rijkaard ke Voller pun semakin memanaskan persaingan dua negara ini.

Baca Juga:
Prediksi Arab Saudi Vs Mesir di Grup A Piala Dunia 2018

Di Piala Dunia 1990, Jerman mengandalkan Voller dan Juergen Klinsmann. Sedangkan Belanda menugaskan Rijkaard mematikan pergerakan kedua pemain tersebut.

Sembari berlari, eks Barcelona itu meludahi kepala bagian belakang Voller. Tentunya, aksi Rijkaard itu membuat Voller naik pitam dan dia mengadu kepada wasit.

Baca Juga:
Dimanfaatkan Sebagai Alat Politik, Salah Ingin Keluar dari Timnas

Juan Carlos Loustau, wasit yang memimpin laga kala itu, memberi Voller kartu kuning. Juan Carlos menganggap Voller berlebihan menanggapi masalah yang dinilai yang pengadil sepele.

Aksi ludahan pertama Rijkaard kepada Voller luput dari pandangan wasit. Merasa tak terlihat, Rijkaard justru semakin membuat provokasi.

Kartu Kuning Kedua

Baca Juga:
Gawat! Suvenir Piala Dunia 2018 Diisi Narkoba

Voller mencoba menenangkan diri dan berusaha mencetak gol ke gawang Belanda. Saat tendangan bebas, Voller mencoba mengejar bola yang mengarah ke gawang.

Namun kiper Belanda, Hans van Breukelen lebih dahulu menangkap bola sebelum disundul Voller. Untuk mengindari tabrakan, Voller mencoba melompat.

Rijkaard dan Van Breukelen pun marah. Di sini, Rijkaard kembali berulah. Dia menjewer telinga Voller. Adu mulut pun terjadi. Voller tak terima dengan aksi Rijkaard, sementara Rijkaard menuduh Voller melakukan diving.

Baca Juga:
Bepe Sindir Umuh Muchtar Jelang Laga Persija Vs Persib

Sial bagi Voller, Rijkaard memenangkan aksi provokasinya. Voller mendapat kartu kuning kedua dan harus meninggalkan lapangan.

"Saya tidak tahu kenapa wasit mengusir saya dari lapangan. Mungkin alasan itu tidak akan terungkap dan dia bawa sampai ke lubang kubur," kata Voller.

Ludahan Berujung Kartu Merah

Ketika Voller berjalan ke luar lapangan, sambil tertunduk atas keputusan wasit. Rijkaard kembali melakukan aksi tercela. Dia meludahi kepala bagian belakang Voller.

Kali ini, aksi Rijkaard tak luput dari pandangan Juan Carlos. Rijkaard pun mendapat kartu merah. Keluarnya Rijkaard menjadi berkah untuk Jerman. Jerman memenangkan pertandingan atas Belanda dengan skor 2-1. Jerman pun melaju hingga menjuarai Piala Dunia 1990.

Rijkaard menolak berhenti berulah. Saat berjalan memasuki ruang ganti, dia melakukan aksi yang sama kepada Voller. Beruntung, Voller dapat menahan diri. Bentrokan tak terjadi di lorong stadion, Voller memasuki ruang ganti tanpa membalas.

Insiden itu juga terus dikenang sebagai permusuhan Jerman dan Belanda. Beberapa bulan kemudian, Rijkaard meminta maaf kepada Voller. Dia mengaku sedang kehilangan akal sehat karena tekanan pertandingan dan stres akibat pernikahannya hancur.

"Hari itu saya salah. Tidak ada penghinaan untuk Rudi Voller. Saya selalu sangat menghormati dia. Tapi saya mengamuk ketika melihat kartu merah itu. Saya berbicara dengannya setelah pertandingan dan minta maaf," kata Rijkaard.

"Saya sangat senang dia menerimanya. Saya tidak punya firasat buruk tentang dia sekarang. Kami bahkan berpose untuk iklan yang sangat lucu bersama beberapa tahun kemudian," ujar Rijkaard.

Drama unik seperti itu kadang menjadi ciri khas sepak bola. Bertahun-tahun setelah permaafan itu, keduanya kembali bertemu. Bukan dalam pertandingan, tapi di proyek iklan mentega keluaran Belanda. Keduanya didapuk sebagai bintang iklan. Konon, mentega itu menggunakan tagline, 'Everything in Butter Again' (semuanya akan baik kembali).

 

Bolatimes.com/Rauhanda Riyantama

Load More