Rauhanda Riyantama
Kapten Fiorentina, Davide Astori (AFP)

Bolatimes.com - Pada 2018 lalu, sepak bola Italia berkabung usai munculnya kabar bahwa kapten Fiorentina, Davide Astori, ditemukan tak bernyawa saat tengah tertidur.

Pada Minggu pagi pada 4 Maret 2018, beberapa jam sebelum laga Udinese vs Fiorentina, skuad La Viola hendak sarapan di hotel yang mereka tempati yakni Hotel La di Moret.

Seluruh skuad hadir saat sarapan, dan hanya satu orang yang belum datang untuk bergabung ke meja makan. Ia adalah sang kapten, Davide Astori.

Baca Juga:
Anya Geraldine Pamer Punggung di Tepi Kolam Renang, Netizen: Spek Bidadari

Tak kunjung hadirnya sang kapten membuat beberapa orang mengeceknya di kamar tidurnya. Tak disangka saat dilakukan pengecekan ke kamarnya, Astori sudah ditemukan tak bernyawa di atas kasur yabg ditiduri.

Davide Astori meninggal dunia di saat tidur. Hal tersebut membuat laga Udinese vs Fiorentina di pekan ke-27 Serie A musim 2017/18 harus ditunda.

Melalui akun Twitter-nya, Fiorentina menyebutkan beknya tersebut meninggal dunia karena penyakit dadakan yang ia terima saat tengah tertidur.

Baca Juga:
Dikalahkan Belgia, Portugal Ciptakan Rekor Paling Buruk di Euro

Kejadian ini bak pukulan telak untuk seluruh skuad Fiorentina, terutama Ricky Saponara yang mengirimkan tribut berupa puisi melalui akun Instagramnya.

Kepergian Astori ini membuat sepak bola Italia terhenti. Penghormatan diberikan oleh seluruh klub dan seluruh elemen Serie A dan juga dunia.

Hingga saat ini, Davide Astori masih dikenang oleh pendukung Fiorentina. Sketsa wajahnya dapat terlihat di tiap laga yang dijalani La Viola di Stadion Artemio Franchi.

Baca Juga:
Profil Arema, Akankah Mampu Segera Akhiri Dualisme Klub?

Persembahan terakhir suporter terhadap kapten Fiorentina, Davide Astori (AFP)

Penyakit Dadakan Itu Adalah Masalah Jantung

Davide Astori harus meninggalkan dunia dan sepak bola di usia yang terbilang muda, yakni 31 tahun. Kepergian mantan jebolan akademi AC Milan ini meninggalkan luka dalam, terlebih untuk keluarganya.

Sebagai informasi tambahan, saat Astori berpulang pada 4 Maret 2018, ia baru saja menjadi ayah selama dua minggu.

Baca Juga:
Terbongkar Gaji Asisten Atta Halilintar, Netizen Melongo Lihat Nolnya

Satu tahun usai kepergiannya, pihak berwajib menyatakan bahwa Astori meninggal dunia karena penyakit jantung.

Jauh sebelum itu, banyak orang merasa skeptis bahwa Astori meninggal karena masalah jantung. Apalagi, pemain sepak bola kesehatannya selalu dimonitori oleh pihak klub.

Bahkan, Astori tak menunjukkan tanda-tanda apapun. Tentu, kejadian ini menjadi tanda tanya besar sebelum Jaksa wilayah Udine, Antonio de Nicolo, menyatakan bahwa eks bek Cagliari ini meninggal dunia karena jantung.

Masalah jantung memang menjadi momok menakutkan bagi para pelaku olahraga. Tak hanya sepak bola, cabang olahraga lain pun rentan akan penyakit jantung.

Para suporter Fiorentino memberikan penghormatan kepada Davide Astori pada 11 Maret 2018 di Stadion Artemio Franchi (Claudio Giovannini/AFP)

Sejak periode 2004 hingga 2008, enam persen dari 1,97 juta atlet yang terdaftar di National Collegiate Athletic Association (NCAA) meninggal karena masalah jantung atau Sudden Cardiac Death (SCD).

Kasus yang menimpa Astori bukanlah hal baru di dunia sepak bola. Teranyar, Christian Eriksen kolaps di atas lapangan di laga pertama Denmark di Euro 2020.

Dalam laporan Owen Andersen berjudul ‘Heart Attack Risk Are Greater for Athlete Who Compete in Endurance Sports’, pesepak bola rawan terkena serangan jantung.

Menurut Owen, pesepak bola profesional menempuh hampir 9 hingga 12 km per pertandingan. Belum lagi dibarengi dengan Sprint per laga. Selain itu, intensitas latihan yang cukup tinggi dibanding cabang olahraga lain.

Dengan fakta seperti itu, resiko serangan jantung atau gagal jantung menghantui para pesepak bola. Apa itu berlaku untuk Davide Astori? Tentu belum diketahui jawabannya.

Namun, fakta banyaknya pesepak bola mengalami masalah jantung menjadi PR bagi asosiasi maupun federasi untuk memperhatikan keselamatan para pemain.

Kontributor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Load More