Rauhanda Riyantama | Irwan Febri Rialdi
Pelatih anyar Juventus, Maurizio Sarri. (Twitter/@juventusfc)

Bolatimes.com - Mantan Presiden Juventus, Giovanni Cobolli Gigli, menjadi salah satu personal yang kurang setuju dengan kehadiran Maurizio Sarri sebagai juru taktik baru skuat Bianconeri pada musim 2019/2020.

Alasan utamanya tidak lepas dari rivalitas Napoli dan Juventus. Seperti diketahui, Sarri adalah putra daerah Naples dan pernah melatih Napoli selama empat musim.

Bahkan, Sarri beberapa kali mengkritik Juventus ketika masih menangani Napoli. Salah satu insiden yang paling panas dan masih hangat adalah acungan jari tengah mantan pelatih Chelsea itu ketika menyambangi markas Juventus di awal-awal 2018.

Baca Juga:
Naik Jabatan, Personel 'The Invincibles' Jadi Asisten Pelatih Arsenal

Aksi jari tengah Maurizio Sarri ke suporter Juventus pada awal 2018. (Dok. Givemesport).

Giovanni Cobolli Gigli mengaku kecewa saat tahu Maurizio Sarri resmi menjabat sebagai pelatih Juventus. Sebab, ia masih ingat betul kenangan buruk tentang pria 60 tahun tersebut.

"Sebagai fans, saya berharap fakta jahat ini tidak akan terjadi. Sarrismo adalah sesuatu yang kuat di Napoli, tetapi pengkritik Juventus," kata Cobolli Gigli seperti dikutip dari Calciomercato.

"Saya memiliki ingatan, saya ingat semua yang dia katakan dan lakukan. Tapi sekarang keputusan sudah dibuat, kita harus menilai Sarri atas kinerjanya. Dia adalah pelatih yang tak terbantahkan dengan kualitas permainan," lanjutnya.

Baca Juga:
Merasa Dicurangi, Francesco Totti Pilih Mundur dari Kursi Direktur AS Roma

"Saya tidak lupa bahwa sampai sebulan lalu dia bilang senang di Liga Inggris, bahwa dia tidak berniat kembali ke Italia. Oleh karena itu, dalam pikiran saya, saya akan menilainya. Saya harap dia berkomunikasi seperti pelatih Juve, bukan Sarri," tuturnya menambahkan.

Cobolli Gigli berharap agar Maurizio Sarri memiliki formula yang tepat untuk membawa Juventus berprestasi di Eropa. Ia juga memperingatkan mantan pelatih Napoli itu untuk tidak banyak beralasan jika akhirnya gagal.

"Saya harap dia memiliki gaya yang tepat, bahkan ketika harus mengakui bahwa tim tidak bekerja dengan baik, dan tidak membuat alasan seperti di Naples," tutup lulusan Universitas Bocconi itu.

Baca Juga:
Copa America 2019: Terlalu Perkasa, Chile Lumat Jepang 4-0

Load More