Bolatimes.com - Formasi sepak bola merupakan bagian dari strategi permainan atau pertandingan sepak bola. Biasanya, formasi ini menjadi pola dalam permainan suatu tim baik dalam menyerang ataupun bertahan.
Dewasa ini, sepak bola tak berpaku pada formasi untuk menerapkan taktik yang diinginkan. Namun sejak dahulu hingga saat ini, penikmat sepak bola selalu mendapat bayangan permainan apa yang akan ditampilkan dari formasi suatu tim.
Sebagai contoh, banyak yang meyakini bahwa formasi 4-3-3 merupakan formasi menyerang. Lalu bila suatu tim menggunakan formasi 3-5-2 atau 3-4-3, maka tim tersebut akan bermain defensif atau bertahan.
Faktanya, formasi-formasi ini belum tentu menggambarkan taktik yang diinginkan pelatih untuk cara bermain timnya. Chelsea, kampiun Liga Champions musim lalu, memainkan skema 3-4-3 atau 3-4-2-1 sehingga dicap defensif hingga saat ini.
Padahal sejak Thomas Tuchel memimpin Chelsea, formasi 3-4-2-1 tak memainkan sepak bola bertahan sama sekali. Tanya saja pada Louis van Gaal yang menyemprot seorang jurnalis saat mengatakan formasi tiga bek yang akan ia pakai disebut permainan bertahan.
“Anda tak punya ide apapun. Saya minta maaf mengatakannya, tapi Anda adalah jurnalis. Anda ingin mengimplementasikan visi Anda, tapi Anda tak punya visi dalam sepak bola,” ujar Van Gaal.
“Tapi dengan 5-3-2 atau 5-2-3, Anda bisa menyerang dengan baik pula. Chelsea menunjukkan setiap waktu, dengan formasi berbeda. Dan saya angkat topi untuk Tuchel, karena dia menerapkannya setengah musim,” pungkas Van Gaal.
Asumsi bahwa formasi mencerminkan gaya bermain memang menjadi suatu hal lumrah di sepak bola, bahkan sejak saat formasi diterapkan pertama kali.
Lantas, kapan pertama kali formasi dalam sepak bola diterapkan dan bagaimana asal usul lahirnya formasi dalam olahraga terpopuler ini?
Asal Usul Formasi dalam Sepak Bola
Pada awal lahirnya sepak bola, olahraga satu ini merupakan sebuah permainan yang kacau, tanpa adanya taktik atau pola permainan yang jelas.
Peraturan-peraturan yang saat ini dikenal pun belum tercipta sepenuhnya. Sehingga para pemainnya sesuka hati menendang bola ataupun bermain tanpa ada aturan khusus.
Barulah saat aturan-aturan secara bertahap dibuat dalam sepak bola, salah satunya aturan offside, membuat sebuah tim menerapkan strategi berupa taktik.
Hal tersebut menjadi cikal bakal lahirnya formasi yang diketahui lahir sekitar tahun 1863 saat Football Association (FA) melahirkan aturan offside.
Sejak ada aturan offside yang belum seketat saat ini tersebut, setiap tim mulai menyusun taktik untuk mendistribusikan bola dengan rapi.
Di awal penerapan taktik dalam sepak bola, formasi menyerang sangat disukai oleh setiap tim. Skema menumpuk penyerang pun menjadi skema yang digemari.
Tak ayal formasi yang digunakan seperti 1-2-7 dengan skema umpan lambung ke para penyerangnya. Formasi ini pun memancing lahirnya formasi lain di mana Inggris yang menerapkan formasi tersebut memaksa lawannya, Skotlandia memainkan formasi lainnya.
Saat itu, Skotlandia kalah dari formasi 1-2-7 Inggris dan mulai menerapkan formasi 2-2-6 yang mengandalkan skema umpan pendek dan dribel pemainnya.
Skema permainan dengan umpan pendek dan dribel para pemain pun menjadi sebuah hal awam hingga saat ini yang kemudian membuat sepak bola berevolusi seiring banyaknya aturan yang dibuat.
Setelahnya Herbert Chapman, pelatih Arsenal, menerapkan formasi 3-2-2-3 di tahun 1925 dan dijuluki formasi ‘WM’ karena bentuk formasinya yang mengarah ke huruf W dan M.
Formasi tersebut mengantarkan pada kesuksesan Arsenal di awal abad 2000. Lalu, formasi tersebut pun juga berkembang menjadi 4-2-4 yang digunakan Timnas Brasil di gelaran Piala Dunia yang lagi-lagi berujung kesuksesan.
Pola 4-2-4 ini menjadi cikal bakal variatifnya formasi dalam sepak bola saat ini karena skema yang dimainkan yakni menyerang dan bertahan sama baiknya.
Lahirnya beberapa filosofi dalam sepak bola seperti Catenaccio, Total Football, dan Tiki-Taka mengilhami lahirnya skema permainan yang tak melulu identik dengan formasi yang diterapkan.
Catenaccio yang mengandalkan 4-4-2, Total Football yang mengandalkan 3-4-3 menjadi 4-3-3 hingga Tiki-Taka yang mengandalkan skema 4-3-3 atau 4-2-3-1 menjadi rangkaian formasi yang kini dikenal luas oleh banyak penikmat sepak bola.
Variatifnya formasi dan taktik ini pun melahirkan banyak peran di sepak bola seperti gelandang Box to Box, Deep Lying Playmaker, Regista, hingga Inside Forward dan Inverted Winger.
Tag
Berita Terkait
-
Alhamdulillah! Louis van Gaal Menang Lawan Kanker, Kembali Latih Timnas?
-
Ziarah ke Museum Sepak Bola di Madrid, Jakarta atau Bandung Kapan Punya?
-
Parodikan Rudal Iran bak Gol Sepak Bola, Pemuda Yahudi Ditangkap Polisi Israel
-
5 Fakta Konyol Sepak Bola yang Jarang Diketahui: Balita 20 Bulan Dikontrak Klub Belgia
-
5 Tim Kecil yang Munculkan Legenda Sepak Bola: Ada Klub Peminat Jay Idzes
-
5 Pemain yang Dianggap Pemalas: Menjadi Bintang dan Terkenal
-
3 Pemain Alami Nasib Tragis Pasca Pensiun: Nipu Istri hingga Cari Makan di Indonesia
-
Roy Keane Damprat Thomas Tuchel Pasca Inggris Dihajar Senegal
-
Inggris Disikat Senegal 1-3, Thomas Tuchel Dicemooh Suporter
-
Eks Pelatih Virgil van Dijk Bongkar Jebakan di Sepak Bola Indonesia
Terkini
-
Kapan Piala Super Eropa 2025? PSG Bidik Trofi Pertama, Tottenham Siap Bikin Kejutan
-
Pemain Keturunan Indonesia Debut Bersama Ajax, Legenda Belanda Ini Dongkol
-
Rahasia Gaji Ronaldinho di Barca Legends Dibongkar Eks Rekan Patrick Kluivert
-
Demi Uang Rp1 Triliun, Darwin Nunez Hijrah ke Arab Saudi
-
Pesta Gol di Allianz Arena! Bayern Munich Bungkam Tottenham, Harry Kane Permalukan Mantan
-
Ronald Koeman Raih Penghargaan Tertinggi Eredivisie, Patrick Kluivert Gak Dapat?
-
Drama Transfer Rekan Kevin Diks di Gladbach: Maunya Pindah ke Ajax
-
Klub Anyar Justin Hubner Jadi Sorotan Jelang Kick Off Eredivisie 2025 Gegara Ini
-
Eks Pelatih FC Twente dan Pemain Keturunan Ditahan Kasus Pelecehan Seksual
-
Air Mata Jose Mourinho untuk Jorge Costa