Galih Priatmojo
Nyaris seluruh skuat Torino tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di kawasan Bukit Superga tahun 1949. [bbc.co.uk]

Bolatimes.com - Torino sukses menahan imbang 1-1 tuan rumah Lazio dalam lanjutan Laga Serie A akhir Desember lalu. Siapa sangka tim yang kini duduk di posisi kesembilan itu mampu memberi perlawanan berarti kepada Lazio yang bertengger di empat besar Serie A.

Ya, Torino mungkin musim ini tengah terseok, namun sejarah membuktikan tim yang berusia lebih dari satu abad itu pernah jadi raksasa di Italia hingga sebuah kecelakaan tragis menimpa mereka di medio tahun 1949.

Kala itu, Bill Lievesley baru saja pulang dari sekolah ketika ibunya datang dan mengatakan kepadanya mengenai kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi.

Baca Juga:
Hasil Undian Babak Keempat Piala FA 2018/19, Arsenal vs Manchester United

Di dekat kota Turin, suara dentuman keras memecah suasana. Asap pekat membumbung tinggi ke angkasa. Reruntuhan pesawat terbang yang jatuh menghantam tembok Basilica di bukit Superga tampak masih membara.

Sejumlah petugas berwenang berlarian sibuk memindahkan koper yang hancur dan tubuh tak bernyawa. Akhirnya mereka mengidentifikasi para korban dan secara mengejutkan diketahui bahwa di antara 31 yang tewas adalah juara Serie A yang paling perkasa di masa itu, Il Grande Torino.

Nyaris seluruh skuat Torino tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di kawasan Bukit Superga tahun 1949. [bbc.co.uk]

Saat itu 4 Mei 1949 dan Torino baru saja didapuk sebagai kampium Serie A untuk kelima kalinya secara beruntun. Dengan empat pertandingan tersisa musim itu, tim berlambang banteng jingkrak itu bersiap melakoni laga persahabatan melawan Sporting Lisbon.

Baca Juga:
Krisis Penyerang, Real Madrid Ingin Datangkan Saingan Ronaldo di Serie A

Dalam perjalanan kembali ke Italia, tak disangka itu menjadi pertandingan terakhir yang mereka lakoni setelah nyaris seluruh pemainnya tewas dalam kecelakaan pesawat di Turin, termasuk manajer berdarah Yahudi-Hungaria yang melarikan diri dari Nazi, Leslie Lievesley.

Mantan bek sayap Manchester United yang sebelumnya selamat dari tiga kecelakaan udara itu meninggalkan istri dan seorang putranya bernama Bill.

Seperti dilansir dari BBC Sport, pada sore itu, berita dengan cepat menyebar ke seluruh kota Italia Utara. Sauro Toma, salah seorang pemain Torino yang selamat segera menjadi pusat perhatian. Ia berhasil selamat lantaran cedera dan diharuskan absen mengikuti laga persahabatan tersebut.

Baca Juga:
Minta Maaf ke CEO Kalteng Putra, Sandi Sute Kembalikan Uang Rp 475 Juta

Ia mengaku benar-benar terpukul seusai mendengar berita seluruh rekannya tewas dalam kecelakaan pesawat.

"Saya adalah pemain yang dikutuk untuk bertahan hidup, sementara saudara-saudaraku binasa", ungkapnya saat itu.

Belakangan diketahui bahwa penyebab jatuhnya pesawat yang ditumpangi para penggawa Torino lantaran kabut tebal yang menghalangi penerbangan. Ditambah, saat itu sebagian peralatan di pesawat tak berfungsi baik hingga pilot tak menyadari bahwa di depannya terdapat tembok besar yang menghadang.

Baca Juga:
Kenalin Nih Istri Marc-Andre ter Stegen, Si Cantik Calon Arsitek

Dua hari setelah kecelakaan itu, setengah juta orang berbaris di jalan saat pemakaman diadakan. Torino dianugerahi gelar Serie A, atas permintaan rival mereka. Hanya nasib yang bisa mengalahkan mereka, katanya. Torino melewati legenda bukan sebagai Invincibles tetapi Dewa.

Musim berikutnya setiap klub papan atas diminta untuk menyumbangkan pemain ke Torino, untuk membantu membangun kembali klub tersebut. Gelar 1949-50 dimenangkan oleh Juventus, sementara Torino finish di urutan keenam.

Derby Torino kontra Juventus pada 1946. Tiga tahun berselang usai laga tersebut nyaris seluruh skuat Torino tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di kawasan Bukit Superga tahun 1949. [bbc.co.uk]

Torino mampu memenangkan liga sekali lagi yakni pada musim 1975-76, yang menjadi gelar ketujuh dalam sejarah klub.

Dalam riwayatnya, Torino menjadi tim Italia pertama yang memenangkan liga dan piala ganda pada tahun 1943, musim terakhir sebelum Serie A dihentikan selama dua tahun karena Perang Dunia Kedua. Mereka masih memegang tiga rekor papan atas Italia yang hingga kini urung terpecahkan.

Pada 1947-48, Torino mencetak 125 gol dalam 40 pertandingan mereka yang berakhir dengan selisih gol rekor +92. Mereka pun sukses mengamankan gelar keempatnya saat itu.

Rekor lainnya yakni hingga saat bencana Superga terjadi, Torino tidak pernah kalah saat bermain di kandang lebih dari enam tahun. Terakhir, kemenangan Torino 10-0 atas Alessandria pada Mei 1948 tetap menjadi yang terbesar dalam sejarah Serie A.

Era keemasan Torino tak lepas dari tangan dingin presidennya Ferruccio Novo yang dengan tekun mendaftarkan beberapa pemain terbaik negara itu, termasuk Valentino Mazzola, bintang Torino yang menjadi kapten Italia.

Novo mengundurkan diri sebagai presiden Torino pada tahun 1953, tiga tahun setelah memimpin Italia ke putaran final Piala Dunia.

Tokoh berpengaruh besar lainnya dalam kesuksesan klub adalah Erno Egri Erbstein, manajer tim berdarah Hungaria yang telah dipaksa untuk kembali ke tanah airnya setelah undang-undang anti-Semit 1938 yang mencabut kewarganegaraan Italianya di bawah Benito Mussolini.

Erbstien melarikan diri dari kamp kerja paksa di Budapest yang diduduki Nazi, sebagaimana dirinci dalam buku Erbstein: The Triumph and Tragedy of Football's Forgotten Pioneer. Dia kembali ke Torino setelah perang dan tetap melanjutkan kariernya di sepakbola.

Lebih dari itu, bencana Superga telah menjadi bagian dari identitas Torino dan warisan yang tidak terlupakan. Setiap tahun ribuan orang berkumpul di tempat pesawat itu jatuh.

Nyaris seluruh skuat Torino tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di kawasan Bukit Superga tahun 1949. [bbc.co.uk]

Tahun ini akan menjadi peringatan ke 70 dan Bill Lievesley putra dari mendiang Leslie Lievesley akan hadir.

Dia pertama kali kembali untuk peringatan 60 tahun, pada tahun 2009.

"Saya sudah mengatakannya begitu lama, sekarang saya akan melakukannya. Saya benar-benar berutang kepada ayah saya untuk pergi, dan melakukannya dengan benar," terangnya pada BBC Sport.

Load More