Irwan Febri Rialdi
Mengenal skor afrika dalam bulu tangkis. (Bolatimes.com/Irwan Febri Rialdi)

Bolatimes.com - Skor Afrika menjadi salah satu istilah dalam olahraga bulu tangkis yang kerap digunakan publik untuk menggambarkan sebuah kedudukan yang terpaut jarak cukup jauh.

Istilah Skor Afrika sering kali digunakan oleh pencinta bulu tangkis di media sosial. Bahkan, beberapa media daring juga masih juga memakai frasa ini dalam pemberitaannya.

Sebagai informasi, Skor Afrika bakal muncul dalam sebuah kalimat ketika pertarungan antara dua kubu berlangsung tak berimbang dengan skor yang jaraknya sangat jauh.

Misalnya, pebulu tangkis A sukses memenangi duel dengan skor 21-3 dan 21-5 dalam sebuah pertandingan tepok bulu. Biasanya, kondisi skor yang sangat timpang ini akan digambarkan dengan istilah tersebut.

Definisi ini setidaknya turut diamini oleh salah satu akun @INA_Badminton yang memiliki jumlah pengikut yang cukup banyak di Twitter.

“Penggunaan istilah ini biasanya digunakan ketika pada suatu pertandingan, hasilnya sangat berat sebelah. Semisal 21-3, 21-2, dan seterusnya,” tulis akun Twitter @INA_Badminton.

Dengan demikian, istilah Skor Afrika merujuk pada skor pertandingan bulu tangkis yang hasil akhirnya berat sebelah dengan jarak poin yang sangat mencolok.

Istilah semacam ini sebetulnya menuai perdebatan lantaran muncul dari kecenderungan pebulu tangkis asal Afrika yang sering meraih poin rendah dalam pertandingan bulu tangkis dunia.

Merujuk pada konteks tersebut, tentu Skor Afrika mengandung nuansa diskriminatif yang turut melanggengkan stigma-stigma tertentu pada identitas Afrika.

Pasalnya, Skor Afrika seolah-olah menyandingkan sesuatu hal yang negatif dengan lokasi atau identitas bangsa tertentu. Hal ini jelas menimbulkan diskriminasi.

“Kalau kita berbicara badminton, maka pemain-pemain dari benua Afrika memang biasanya memperoleh skor kecil,” tulis @INA_Badminton.

“Tapi, dengan menyebut perolehan tersebut dengan istilah Skor Afrika, seakan-akan kita mengecilkan semua usaha yang sudah mereka lakukan,” lanjutnya.

Kontributor: Muh Adif Setyawan
Load More