Bolatimes.com - Sepak bola Indonesia banyak melahirkan legenda-legenda di setiap generasinya. Salah satu legenda yang begitu harum namanya di sepak bola Tanah Air adalah Andi Ramang.
Tak banyak penikmat sepak bola Indonesia saat ini mengenal sosok Andi Ramang. Wajar saja mengingat sepak terjangnya terjadi di dekade 40 dan 60 an.
Andi Ramang adalah pesepak bola asal Sulawesi Selatan. Ia lahir pada 24 April 1924 di Kabupaten Barru. Di usia 18 tahun, Ramang pindah ke Makassar pasca menikah.
Baca Juga:
Alasan Klub Spanyol yang Pakai Nama Real Memiliki Mahkota di Logonya
Di Makassar, Ramang mengadu nasib dengan bekerja serabutan dari jadi tukang becak hingga kernet truk. Dua tahun berselang, ia mendapat kesempatan untuk memperkuat PSM Makassar.
Ramang menembus skuad PSM berkat kompetisi yang ia ikuti bersama Persis (Persatuan Sepak Bola Induk Sulawesi) atau Coution Voetbal Bond.
Nama Ramang di kancah sepak bola nasional melesat setelah ia dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia pada 1952 untuk menggantikan seniornya, Sunar Arland.
Baca Juga:
Suami Siaga! Momen Raffi Ahmad Temani Nagita Sejak Hamil hingga Lahiran
Uniknya, Ramang yang berposisi penyerang datang dengan status bek kanan seperti Sunar. Karena posturnya yang mungil, pelatih timnas saat itu, Tony Pogacnik tak terkesan dengannya.
Beruntung lewat campur tangan pengurus PSSI bernama Maladi, Ramang dikembalikan ke posisi semulanya yakni sebagai striker dan berhasil unjuk gigi.
Karier Ramang di level klub lebih banyak dihabiskan di PSM Makassar. Kehebatannya semasa bermain membuat namanya abadi sebagai julukan klub tersebut yakni Pasukan Ramang.
Baca Juga:
Awal Mula Rivalitas Boca Juniors dan River Plate hingga Jadi Derbi Terganas
Tapi, sepak terjang dari Andi Ramang yang begitu fenomenal lebih banyak dikenang saat berseragam Timnas Indonesia. Seperti apa sepak terjangnya?
Kurcaci Monster yang Diakui FIFA
Perjalanan Andi Ramang sebagai pemain Timnas Indonesia membuatnya mendapat pengakuan dari induk sepak bola dunia, FIFA.
Baca Juga:
Jadwal Indonesia Open 2021 Hari Ini: 3 Wakil Merah Putih Bidik Tiket Final
FIFA bahkan pernah menceritakan kisah hebat Ramang untuk memperingati 25 tahun meninggalnya sang legenda pada 26 September 2012 lalu sebagai bentuk pengakuan atas performanya.
Kisah mengenai Ramang yang diangkat oleh FIFA adalah soal kehebatannya di ajang Olimpiade 1956 di Melbourne. Saat itu, penyerang legendaris ini mencuri perhatian saat melawan Uni Soviet di babak perempat final.
FIFA menggambarkan bahwa Ramang yang berpostur mungil itu mengobrak-abrik pertahanan Uni Soviet yang banyak diisi oleh bek-bek dengan postur tubuh besar.
Karena penampilannya yang ciamik itu, Ramang hampir menjebol gawang Uni Soviet yang dijaga kiper legendaris dunia, Lev Yashin.
“Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang yang bertubuh mungil melewati dua pemain dan memaksa Lev Yashin melakukan beberapa aksi penyelamatan,” kenang FIFA.
“Pada menit ke-84, pemain berusia 32 tahun itu hampir membuat Indonesia unggul andai saja tendangannya tidak ditahan oleh pria yang selanjutnya disebut kiper terhebat dalam sejarah sepak bola,” tulis FIFA lagi.
Ramang pun dalam bincang-bincangnya mengaku ia bisa saja menjebol gawang Lev Yashin jika kaus yang ia kenakan tak ditarik lawan.
Karena laga berakhir 0-0, laga pun dilanjutkan dengan partai ulangan di mana Ramang lantas mendapat pengawalan dan Indonesia pun akhirnya tumbang dari tangan Uni Soviet dengan skor 0-4 dan gagal melangkah ke semifinal Olimpiade 1956.
Kisah Ramang yang mampu memporak porandakan barisan pertahanan Uni Soviet yang bertubuh besar, membuatnya dijuluki Kurcaci Monster.
Sayangnya, kisah indah Ramang di sepak bola tak selaras dengan kehidupannya. Saat itu, sepak bola dianggap setara dengan kuda pacuan, sehingga para pelakunya tak punya penghasilan masif seperti pemain saat ini.
Akibatnya, Ramang terjerat kemiskinan. Apalagi ditambah kasus suap Skandal Senayan 1962 yang menyeret namanya hingga membuat kariernya tenggelam.
Pasca gantung sepatu, Ramang sempat memilih berkarier menjadi pelatih di PSM dan Persipal Palu. Namun, ia lalu disingkirkan hanya karena ia tak punya sertifikat kepelatihan.
Kisah hidup Andi Ramang pun usai pada 1987. Dirinya meninggal dunia di rumahnya yang sederhana akibat penyakit paru-paru yang ia derita.
Berita Terkait
-
Shin Tae-yong Legowo Dipecat dari Timnas Indonesia
-
Ultras Garuda Ke Patrick Kluivert: Kami Butuh Pembuktian!
-
Shin Tae-yong ke Nova Arianto: Tolong Jaga Pemain Lokal Kita
-
8 Komentar Menarik Shin Tae-yong Selama Lima Tahun Melatih Timnas Indonesia
-
Pemain LOSC Lille Mitchel Bakker Dilaporkan Keturunan Maluku, PSSI Bergerak
-
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Konsisten Lolos ke Piala Dunia
-
Marselino Ferdinan Minta Maaf Gagal Lolos Fase Grup Piala AFF 2024
-
Erick Thohir: Lawan Filipina Harus Menang!
-
Komentar Shin Tae-yong usai Sukses Kalahkan Myanmar, Mainkan 8 Debutan
-
Tiket Timnas Indonesia Ludes Terjual, Erick Thohir: Alhamdulillah
Tag
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
PSS Sleman Fokus Tingkatkan Kebugaran dan Performa Penggawa
-
Imran Nahumarury Berharap Adaptasi Pemain Asing Baru Malut United Lancar
-
Shin Tae-yong Legowo Dipecat dari Timnas Indonesia
-
Debut Manis Pratama Arhan bersama Bangkok United, Kalahkan Buriram United 3-2
-
Ultras Garuda Ke Patrick Kluivert: Kami Butuh Pembuktian!
-
Shin Tae-yong ke Nova Arianto: Tolong Jaga Pemain Lokal Kita
-
8 Komentar Menarik Shin Tae-yong Selama Lima Tahun Melatih Timnas Indonesia
-
Pemain LOSC Lille Mitchel Bakker Dilaporkan Keturunan Maluku, PSSI Bergerak
-
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Konsisten Lolos ke Piala Dunia
-
Marselino Ferdinan Minta Maaf Gagal Lolos Fase Grup Piala AFF 2024