Galih Priatmojo
Bambang Pamungkas (Sumber: twitter @bepe20)

Bolatimes.com - Puasa gelar selama rentang 17 tahun akhirnya mampu diakhiri Persija Jakarta usai merebut kampium Liga 1 2018. Untuk pertama kalinya, sang legenda Macan Kemayoran, Bambang Pamungkas meluapkan keberhasilan itu dengan memajang foto saat menggenggam trofi. Bepe sapaan akrabnya punya alasan mengapa baru sekarang ia berani memajang foto bersama trofi liga.

Persija Jakarta mengakhiri musim nan berat di tahun ini dengan hasil maksimal. Bersaing ketat dengan PSM Makassar, skuat Macan Kemayoran berhasil memastikan diri sebagai jawara liga musim ini setelah sukses menumbangkan Mitra Kukar 2-1 di partai pamungkas Liga 1 2018.

Keberhasilan itupun langsung disambut gegap gempita para Jakmania yang menyemut di tribun-tribun Stadion Utama Gelora Bung Karno. Dahaga belasan tahun tanpa gelar akhirnya mampu terbayarkan. Persija Jakarta jadi kampium Liga 1 2018.

Baca Juga:
Hati-hati Klopp, Mourinho dan MU Punya Rekor Apik di Anfield Lho

Perasaan lega yang sama ternyata juga dirasakan oleh ikon Persija Jakarta, Bambang Pamungkas. Setelah untuk beberapa waktu bersembunyi di balik euforia keberhasilan Persija Jakarta meraih kampium, ia akhirnya mau menampakkan batang hidungnya.

Lima hari semenjak Persija Jakarta merebut kampium Liga 1 2018, Bepe memajang fotonya saat menggenggam trofi liga di akun Instagramnya. Dalam keterangannya, pemain jebolan Diklat Salatiga ini menyebut bahwa itu adalah foto kali pertama yang utuh saat ia memeluk trofi.

Baca Juga:
Prediksi Liverpool vs MU, Saatnya Hapus Rekor Buruk di Kandang

Dilansir dari situs pribadinya, pemain berusia 38 tahun itu menyebut bahwa dirinya bukanlah tipe pemain yang suka melakukan victory lap. Selain itu, saat Persija Jakarta pertama kali meraih kampium di tahun 2001, ia sengaja menghindar dari keriuhan untuk memberi penghormatan dan kesempatan pada para pemain senior kala itu.

''Jika kita lihat dari beberapa dokumentasi foto maupun video perayaan di lapangan ketika itu, boleh dikatakan cukup sulit mencari sosok saya dalam kerumunan selebrasi pemain Persija bersama piala liga,'' tulisnya lewat bambangpamungkas20.com.

''Padahal ketika itu saya adalah pemain terbaik liga. Berhasil mencetak 16 gol sepanjang musim itu, termasuk dua gol kemenangan Persija Jakarta di final. Artinya, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mendapat panggung utama pada malam itu.'' ungkapnya.

Baca Juga:
Ini Daftar Tim yang Akan Berlaga di Babak Kualifikasi Piala Eropa

''Namun saya memilih untuk sedikit menepi. Mengapa? Pertama, karena saya memang bukan tipe pemain yang suka melakukan 'victory lap', sama hal nya ketika saya juara bersama Selangor dan tim nasional Indonesia (eh ngga pernah juara dengan tim nasional ding ya hehehe). Saat juara piala Presiden 2018, dan liga musim ini saya pun tidak ikut dalam victory lap bersama piala,''lanjutnya.

''Kedua, status saya ketika itu adalah pemain muda (21 tahun), maka saya ingin menghormati para pemain senior di Persija ketika itu, agar mereka dapat lebih dekat dengan piala. Alasannya sederhana, karena bisa jadi piala itu adalah gelar terakhir dalam karir sepak bola mereka. Oleh karena itu pada foto-foto utama selebrasi tim pada tahun 2001 banyak didominasi oleh para pemain senior. Agak sulit untuk melihat penampakan saya, jikapun ada ya hanya dipinggir-pinggir saja, bahkan dalam beberapa foto tertutup pemain lain, atau malah tercrop,'' jelasnya.

Setelah malam kemenangan itu, Bepe pun bertekad menantang diri suatu hari bakal menggenggam kembali trofi liga bersama Persija Jakarta lagi.

Baca Juga:
Datangkan Penyerang Portugal, Bali United Lepas Tiga Pemain Lokal

Dan, akhirnya tantangan itu berhasil dijawabnya 17 tahun kemudian.

''Malam itu saya berbisik lirih dalam hati: Saya masih muda, karir saya masih panjang. Suatu saat nanti, saya harus juara lagi bersama tim ini (Persija Jakarta). Dan ketika itu terwujud, saya akan memegang piala tersebut, dan berada di barisan depan saat menerimanya,'' ungkapnya.

''Tahun demi tahun berganti. Pertempuran demi pertempuran saya jalani. Kegagalan demi kegagalan pun mengampiri. Tak mudah untuk menata asa yang sudah sering terkoyak. Namun tidak sedikitpun terbersit keinginan untuk menyerah. Tujuh belas tahun kemudian, di usia saya yang ke tiga puluh delapan, tantangan tersebut baru dapat saya jawab,'' tandasnya.

 

Load More