Galih Priatmojo | Irwan Febri Rialdi
Christopher Wreh. (Sumber: Arsenal.com).

Bolatimes.com - Trofi Liga Premier Inggris menjadi salah satu trofi yang didambakan sebuah tim dan juga para pesepak bola di dalamnya. Baru-baru ini, Manchester City lah yang berhasil menggondol trofi bergengsi tersebut.

The Citizens memastikan gelar juaranya di pekan ke-34 saat menjamu Huddersfield Town di Etihad Stadium pada Minggu (6/5/2018).

Baca Juga:
Jerome Boateng Ingatkan Lewandowski Untuk Hormati Pelatih

Prestasi tersebut pastinya membuat pemain bangga. Seperti yang ungkapkan oleh kapten Manchester City, Vincent Kompany. Bek asal Belgia itu sempat mengungkapkan perasaan yang sangat bahagia melalui twitter pribadinya.

"Juara, perasaan yang luar biasa. Sangat senang dapat berbagi trofi lain dengan penggemar kami yang luar biasa!," tulis bek 32 tahun itu.

Namun, siapa sangka, ada pula mantan pemain Liga Indonesia yang sempat merasakan euforia memenangkan trofi Liga Inggris.

Baca Juga:
Prediksi Juventus Vs AC Milan di Final Coppa Italia 2017/2018

Ia adalah Christopher Wreh, pemain yang sempat bermain untuk Perseman Manokwari yang berhasil menggaet trofi Liga Inggris saat membela Arsenal pada musim 1997/1998.

Wreh sendiri tercatat selama tiga musim membela klub asal Papua tersebut, tepatnya pada musim 2007 hingga 2010.

Baca Juga:
Respect! Thiago Silva Ajak Kapten Les Herbies Angkat Trofi

Singkat cerita, Wreh adalah pahlawan Arsenal saat meraih gelar Liga Inggris musim 1997/1998.

Wreh bergabung Arsenal pada 1997 mengikuti mantan pelatihnya saat di AS Monaco, Arsene Wenger yang hadir lebih dulu di Arsenal pada 1996.

Ia datang bukan sebagai bintang. Wreh justru kerap menjadi pilihan keempat di belakang Ian Wright, Dennis Bergkamp, dan Nicolas Anelka. Kendati demikian, Wreh memainkan peran penting di balik kesuksesan Arsenal pada musim itu.

Baca Juga:
10 Pemain Ini Terancam Gagal Tampil di Piala Dunia Karena Cedera

Wreh menjadi pencetak gol satu-satunya kemenangan Arsenal di Liga Premier saat melawan Wimbledon dan Bolton Wanderers. Ia juga mencetak satu-satunya gol dari kemenangan The Gunners di semifinal Piala FA saat bersua Wolverhampton Wanderers.

"Yang aneh adalah ketika kami menang di Wimbledon, laga yang akhirnya sempat dihentikan karena masalah penerangan. Itu adalah malam di mana kami tidak bermain bagus, namun masih bisa menang 1-0. Christopher Wreh mencetak gol dan saya berpikir kami menang, kami tidak tertinggal jauh dari Manchester sekarang," tutur Arsene Wenger saat itu, dikutip dari laman resmi Arsenal.

Wreh juga turut serta ketika Arsenal mengalahkan Newcastle dengan skor 2-0 di final Piala FA 1998. Meski gagal mencetak gol, penampilannya di lapangan cukup mengesankan.

Namun, kegemilangan Wreh tak berlangsung lama. Ia semakin tergeser dari skuat Arsenal saat Thierry Henry dan Davor Syuker datang ke Emirates Stadium.

Kesempatannya bermain sebagai pilihan utama semakin kecil, ia kemudian dipinjamkan ke Birmingham City, AEK Athens dan Den Bosch.

Terus terpinggirkan, sepupu dari George Weah itu pun akhirnya hijrah ke klub Arab Saudi, Al Hilal.

Bersama The Gunners, total Wreh bermain sebanyak 28 pertandingan di Liga Primer dan membukukan tiga gol.

Kisah Wreh di Indonesia

Pada 2007, Wreh bergabung Perseman Manokwari. Namun, tak banyak prestasi yang terdengar. Justru, ia sempat tercatat sebagai pemain asing yang masuk dalam daftar pemain asing bermasalah.

Dilansir dari Antara, Wreh masuk pelanggaran kategori I karena tidak memenuhi syarat untuk tampil di Liga Super atau divisi utama karena stratanya tidak sesuai dengan manual Liga Indonesia 2008.

Berdasarkan manual liga saat itu, pemain asing yang bermain di Indonesia harus memenuhi syarat minimal sebelumnya bermain di kompetisi Strata II (divisi satu) negara lain di luar Asia Tenggara.

Jika pemain itu sebelumnya bermain untuk klub di negara Asia Tenggara maka pemain itu harus datang dari klub divisi utama. 

Sedangkan Wreh, sebelum memperkuat Perseman ia hanya bermain untuk klub amatir Inggris, Buckingham Town F.C. Akibatnya, Wreh dihukum tidak boleh tampil bersama Perseman hingga akhir kompetisi divisi utama Liga Indonesia 2008. 

"Berdasarkan Manual Liga, pemain asing yang masuk ke Indonesia harus pernah memperkuat klub di negara lain itu selama minimal satu musim kompetisi. Selain itu, mereka juga minimal harus bermain dalam 75 persen dari pertandingan yang dilakoni klubnya," ujar Direktur Kompetisi Badan Liga Indonesia (BLI) saat itu, Joko Driyono dilansir dari Antara (11/03/2008).

Usai membela Perseman, Wreh memutuskan untuk gantung sepatu dari dunia sepakbola. Kabarnya, Wreh menjadi pelatih tim junior di kampung halamannya, Liberia.

 

Bolatimes.com/Irwan Febri Rialdi

Load More